JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik perumahan elite di Jalan Latuharhary ujung, Menteng, Jakarta Pusat, ternyata menjadi tempat berlindung bagi beberapa orang.
Tepatnya di bawah kolong jembatan Jayakarta, di pinggir Kanal Banjir Barat, Kali Ciliwung.
Saat Kompas.com menyusuri Kanal Banjir Barat, tampak ada beberapa pemulung yang menetap di kawasan itu.
Mereka hanya mengandalkan jembatan untuk menjadi atap berteduh.
Sebagian masyarakat lainnya, menambahkan terpal untuk tidur lebih nyaman. Ada pula yang membangun gubuk di pinggir kali itu.
Pinggir kali itu benar-benar dibuat menjadi layaknya tempat tinggal yang nyaman ditempati.
Sebab, mereka memiliki perlengkapan masak, jemuran baju, dan beberapa perlengkapan rumah seperti kasur, karpet, selimut, dan bantal yang diletakkan di pinggir kali itu.
Ketika mengamati Kali Ciliwung, ada seorang laki-laki ramah yang langsung menghampiri Kompas.com.
Bahkan, laki-laki ini membantu Kompas.com naik melalui tangga untuk melihat jelas penampakan Kali Ciliwung.
Laki-laki itu bernama Andi (35). Ia sudah tinggal di bawah kolong jembatan ini sejak tahun 1996.
Baca juga: Kisah di Balik Bilik Pintar, Sekolah bagi Anak-anak Pemulung di Menteng Atas
Merantau ke Jakarta untuk perbaiki nasib, tapi...
Sejak umur belasan tahun, ia terpaksa merantau ke Jakarta berharap mendapat kehidupan yang lebih baik.
Ia nekat datang ke Jakarta dengan modal ijazah Sekolah Dasar (SD). Awalnya, ia bekerja serabutan dengan tinggal berpindah-pindah tempat.
Namun, sekitar tahun 2001, Andi menjadi pemulung untuk menghidupi dirinya sendiri, satu anak, dan istrinya yang berada di kampung.
Dengan menjual botol-botol bekas dan kardus-kardus yang ia cari di sekitaran Jakarta Pusat, ia mendapat penghasilan Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per hari.