Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Anarko Susupi Aksi Massa, Ganti Pedemo dengan Anggota Perusuh

Kompas.com - 20/10/2020, 09:43 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian tak menampik kehadiran kelompok Anarko yang menyusup di tengah massa dalam setiap unjuk rasa.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, Anarko memiliki sistem lintas ganti pedemo saat penyampaian pendapat akan segera usai.

"Setiap kejadian adanya unjuk rasa, mereka sistemnya lintas ganti. Pengalaman (demo) dari DPR, setiap akan selesai unjuk rasa baru mereka akan datang," ujar Yusri kepada Aiman dalam pogram 'Aiman' di Kompas TV, Senin (19/10/2020) malam.

Baca juga: Kapolda Sebut Kerusuhan Saat Demo akibat Provokasi Kelompok Anarko

Yusri menjelaskan, jumlah anggota Anarko saat unjuk rasa tidak sedikit. Mereka dapat mencapai ribuan untuk menyusup hingga membuat kericuhan di tengah massa aksi yang melakukan demo.

"Banyak. (ratusan) lebih, (ribuan) bisa. Dari pengalaman itu kita lakukan preventif," kata Yusri.

Menurut Yusri, upaya pencegahan pun dilakukan dalam unjuk rasa menolak pengesahan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja yang berujung ricuh pada tanggal 8 dan 13 Oktober 2020.

Baca juga: KAMI, Anarko, dan Dugaan Sosok Terlatih di Balik Demo Rusuh

Sebelumnya, kata Yusri, polisi sudah mengantisipasi kedatangan massa aksi karena perizinan demo tidak dikeluarkan polri.

"Kemarin kita amankan tanggal 13 Oktober 1.377 orang. sebelumnya kita amankan 1.192 orang. Dan yang sangat disayangkan 80 persen anak anak di bawah umur," ucap Yusri.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan untuk mencari penggerak dari para perusuh pada setiap adanya unjuk rasa.

Baca juga: Apa Itu Anarko? Kelompok yang Diduga Dalang Kerusuhan Demo UU Cipta Kerja

Hal ini pun bukan perkara mudah karena para perusuh aksi demo tersebut tak terstruktur.

"Memang mereka terpecah dan tidak tersetruktur. Makannya ini pela palan kita lakukan penyelidikan. (Seperti teroris) iya seperti itu," ucapnya.

Sebelumnya, aksi demonstrasi buruh dan mahasiswa menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja sudah terjadi sejak 6 Oktober 2020 lalu.

Di Jakarta, puncak demonstrasi terjadi pada 8 Oktober 2020, di mana demonstrasi berujung ricuh di kawasan Bundaran HI dan Harmoni Jakarta Pusat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com