Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengelola Cagar Buah Condet Pertahankan Maskot Jakarta

Kompas.com - 06/11/2020, 15:19 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu maskot DKI Jakarta, salak condet, kini semakin langka.

Buah dengan nama latin Salacca edulis Cognita itu sudah tidak bisa ditemukan di pasar-pasar Jakarta. Hal ini diungkapkan pendiri Wisata Kreatif Jakarta, Ira Lathief, saat dihubungi, Kamis (5/11/2020).

Namun, salak condet masih bisa ditemukan Cagar Buah Condet, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Adalah Mali (45) yang kini mengelola Cagar Buah Condet.

"Saya ditugaskan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi koordinator kebun," kata Mali saat ditemui di lokasi, Jumat (6/11/2020).

Baca juga: Salak Condet, Maskot Jakarta yang Kini Langka...

Mali bersama lima pegawai honorer lainnya, sehari-hari mengelola kebun seluas 3,5 hektar itu sejak pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.

"Jadi, enam termasuk saya, honorer semua. Satu satpam, satu cleaning service, dan empat pengelola kebun. Saya koordinator pengelolanya," lanjut Mali.

Mali mengaku sudah dipekerjakan selama tujuh tahun untuk mengelola Cagar Buah Condet.

"Setiap tahun, kami teken kontrak untuk melanjutkan pekerjaan ini," ucap Mali.

Kendala-kendala mengelola kebun

Mali juga mengungkapkan kendala-kendala yang dia alami selama mengelola Cagar Buah Condet.

"Di sini sering banjir. Pas sudah berbunga, kena air, jadi hasilnya tidak maksimal," ungkap dia.

Mali, pengelola Cagar Buah Condet, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Mali, pengelola Cagar Buah Condet, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Mali melanjutkan, banyak orang luar datang dan mengambil salak condet. Hal ini kian membuat hasil panen tidak maksimal.

"Sering orang-orang luar main ke senin, membawa tas kresek, lalu mengambil salak. Mau negur juga ngga enak," kata dia.

Belum lagi, banyaknya pohon-pohon besar di sekitar kebun, kata Mali, membuat salak condet lama berbuah.

Baca juga: Satu-satunya Tempat untuk Cicipi Salak Condet Jakarta yang Langka

"Kan harus butuh banyak matahari. Di sini sulit karena banyak pohon-pohon besar," ujar dia.

Mali masih berupaya mempertahankan keberadaan salak condet sebagai maskot DKI Jakarta.

"Saya sebenarnya bisa jual sendiri setiap harinya. Satu kilogram, bisa dihargai Rp 15.000. Tapi, jangan lah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com