DEPOK, KOMPAS.com - Kepolisian Resor (Polres) Metro Depok menyebutkan bahwa YW (42), ayah kandung yang menyandera anak perempuan berinisial R (3), menjalani tes kejiwaan di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Sebab, YW disebut-disebut menderita gangguan kejiwaan.
"Iya, pelaku dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk dilakukan tes kejiwaan di sana," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok AKBP Yogen Heroes Baruno kepada wartawan, Kamis (12/1/2023).
Baca juga: Balita yang Disandera Ayah Kandung di Depok Kini Diasuh Keluarga Pelaku
Pemeriksaan kejiwaan itu, dikatakan Yogen, sangat penting untuk membuktikan penyanderaan oleh YW murni karena dia mengalami gangguan kejiwaan atau tidak.
"Nanti, kami masih menunggu hasilnya apakah pelaku ini sudah dalam kondisi normal atau kambuh lagi terkait masalah kejiwaannya," kata Yogen.
Diberitakan sebelumnya, penyanderaan anak perempuan berusia tiga tahun oleh YW bermula dari perbuatan onar yang dilakukan YW sendiri di lingkungan rumahnya.
Ketua RW 024, Sukamaju, Cilodong, Depok, Sukartono mengatakan bahwa YW berbuat onar pada Selasa (10/1/2023), seusai isya, sekitar pukul 19.30 WIB.
"Awalnya dia (YW) membawa senapan angin. Warga mau ditembakin sama dia," kata Sukartono di sekitar lokasi penyekapan, Rabu (11/1/2023) dini hari.
Baca juga: Balita di Depok Disandera Ayahnya Sendiri, di Mana Ibu Kandungnya?
Karena gerah dan terancam, warga sekitar lantas berbondong-bondong mendatangi kediaman YW.
Personel polisi dari Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polsek Cilodong ikut bersama-sama warga.
Namun, YW menolak menyerahkan diri dan bertanggung jawab atas aksi onar yang telah dilakukan.
"Pas warga datang, dia (YW) bilang, 'ngapain ke sini? Urusin warga saja,' gitu katanya," ujar Sukartono menirukan perkataan pelaku.
Di tengah percakapan itu, YW merasa tersudutkan. Sebab, warga yang datang begitu ramai, yakni sekitar 50 orang.
Ketika warga dan polisi hendak menangkapnya, YW melarikan diri ke dalam rumah. Ia kemudian masuk ke kamar anaknya.
"Keadaannya begitu ramai. Pas mau disergap langsung lari ke dalam kamar," ujar Sukartono.