BOGOR, KOMPAS.com - Perasaan sedih dan emosi dirasa oleh keluarga Arya Saputra saat hadir dalam konferensi pers di Mapolresta Bogor Kota, Jumat (12/5/2023).
Seperti yang diketahui, Arya merupakan siswa SMK Bina Warga 1 Kota Bogor yang tewas dibacok oleh pelajar dari sekolah lain di Simpang Pomad, pada 10 Maret 2023 lalu.
Pelaku yang berjumlah tiga orang telah ditangkap semua. Terakhir, pelaku utama atau eksekutor pembacokan, ASR alias Tukul (17), diringkus pada Kamis (11/5/2023) setelah buron selama dua bulan.
Tangis keluarga Arya pecah ketika polisi menghadirkan Tukul dalam konferensi pers yang mereka hadiri.
Baca juga: Tangis Keluarga Korban Pembacokan Siswa SMK di Bogor Pecah Saat Polisi Hadirkan Pelaku
Umay, ibu korban, tampak tak kuat menahan air matanya yang terus bergelinang membasahi pipinya. Sesekali, ia menutup mukanya dengan tangan.
Umay masih tak percaya anak laki-lakinya itu telah tiada. Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu meminta pelaku pembacokan diadili dan mendapat hukuman setimpal.
"Enggak kuat, kok dia tega sih bunuh anak orang," kata Umay seraya meneteskan air mata.
"Bawa saja dulu ke makam, suruh lihat dia makam Arya kayak gimana," sambungnya.
Baca juga: Kisah Pelarian Eksekutor Pembacok Siswa SMK Bogor, Kabur ke 4 Kota sampai Datangi Dukun
Sementara itu, ayah angkat Arya, Ruja'i, tak kuasa menahan rasa amarahnya ketika melihat pelaku yang sedang di BAP oleh pihak kepolisian.
Bahkan, Ruja'i mengakui bahwa dirinya sempat memaki pelaku karena emosinya sudah tak tertahankan lagi.
"Terus terang saja saya ngomong kasar tadi karena emosi sama dianya (pelaku)," ujar Rujai di kediamannya di Kampung Cijujung Tengah, Desa Cijujung, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kamis (11/5/2023), dilansir dari TribunnewsBogor.com.
Bahkan, karena rasa emosinya yang sudah memuncak, Ruja'i begitu bernafsu untuk memberi bogem mentah kepada Tukul.
"Saya sih pengen nonjok terus terang aja, saya udah kesel banget," katanya.
Baca juga: Akhir Pelarian Tukul, Eksekutor Pembacok Murid SMK di Bogor yang Kerap Berpindah-pindah Tempat
Namun, keinginan Ruja'i tidak dapat terwujud setelah ia diarahkan untuk menunggu di luar ruangan BAP oleh polisi.
Hal itu dilakukan karena polisi khawatir terjadi kegadugan yang berlebih.