Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Keluarga Yani Afri, Sopir Angkot yang Diculik Sejak 1997 dan Tak Pernah Kembali

Kompas.com - 29/05/2023, 06:00 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Trauma masih menyelimuti keluarga Yani Afri, seorang sopir angkutan kota (angkot) yang diculik tiga hari menjelang pemilihan umum (Pemilu) tahun 1997.

Kala itu kekalutan dirasakan Hardingga (30), salah satu anak Yani yang menyaksikan ayahnya pergi dan tak kembali pada 26 April 1997. Ketakutan juga dialami Tinah, istri Yani.

"Yang jelas (Tinah) trauma, takut, dan memang menarik diri dari keluarga enggak mau terlibat," ungkap Hardingga saat ditemui di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (24/5/2023).

Beberapa hari setelah mendengar Yani dihilangkan secara paksa, Tinah memutuskan menarik diri dari keluarga lalu pindah rumah.

Baca juga: Mengenang Yani Afri, Sopir Angkot yang Dihilangkan Paksa Tiga Hari Jelang Pemilu 1997

Tinah membawa Hardingga dan adiknya yang masih balita ke wilayah Tangerang. Di sana Tinah mencari pemasukan dengan berjualan baju dari kapal di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Saya dibawa ke kampung, ibu saya sementara di Jakarta. Ibu saya menghidupi perekonomian keluarga," tutur dia.

Tiga tahun kemudian, lanjut Hardingga, ia kembali lagi ke Jakarta. Namun, pada saat itu tak ada yang diceritakan Tinah soal keberadaan sang ayah. Kepada anak-anaknya, Tinah hanya berpesan agar tak bermain terlalu jauh agar tidak diculik.

"Saya sudah mengerti ketika saya sudah dewasa, orangtua saya mungkin trauma. Sampai se-trauma itu," ucap Hardingga.

Yani sendiri merupakan simpatisan PDI pro-Megawati. Dia ingin kepemimpinan negara yang kala itu dijabat Presiden Soeharto diganti.

Baca juga: Detik-Detik Sopir Angkot Yani Afri Diculik Pada 1997, Awalnya Pamit Ingin Kampanye PDI

Peristiwa penghilangan paksa baru diketahui Hardingga ketika dia duduk di kursi sekolah menengah pertama (SMP).

Pada saat itu Tinah menceritakan bahwa Yani telah diculik dan belum dinyatakan meninggal dunia. Tiga hari menjelang Pemilu, ketika Yani berkampanye, dia ditangkap dengan tuduhan membuat huru-hara.

Kini, setelah 26 tahun berlalu kabar Yani Afri masih tak terdengar oleh pihak keluarga.

"Ibu saya bilang, 'Mama mau cerita', kata dia. 'Sebenarnya bapak belum dinyatakan meninggal'. Saya kaget selama ini keluarga, lingkungan, semua orang bilang kalau saya anak yatim," kata Hardingga, menirukan percakapan dengan ibunya, Tinah.

Hardingga sendiri enggan menyebutkan bahwa ayahnya terlibat politik ataupun aktivis. Di matanya, Yani hanyalah sopir angkot dan simpatisan PDI pro-Megawati.

Baca juga: Kado Ulang Tahun Yani Afri, Sopir Angkot yang Diculik Tiga Hari Jelang Pemilu 1997

"Ayah saya itu memang simpatisan PDI, yang jelas pengin ada perubahan dan ganti presiden yang pada saat itu presidennya masih Soeharto," jelas dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Megapolitan
Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com