Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Ketika Daulat Gagal Melindungi Rakyatnya dari Jeratan Kabel

Kompas.com - 02/08/2023, 06:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUATU ketika, warga kota kesulitan melewati jalanan karena sedang berlangsung pekerjaan penggalian pipa air. Usai pipa air dibangun, sebulan kemudian di tempat yang sama berlangsung proyek pekerjaan lain. Kali ini pemasangan pipa gas.

Selang bulan, masih di tempat yang sama, kembali dilakukan penggalian tanah untuk proyek berbeda. Warga kota menahan marah dan tidak bisa berbuat banyak karena proyek demi proyek silih berganti menerpa jalanan yang sama.

Warga menjadi tidak peduli. Proyek dikerjakan asal, tanpa perencanaan, tidak ada koordinasi dan tanpa pengawasan. Boleh jadi, penggalian demi penggalian memang dilakukan demi modus mencari komisi proyek.

Mau jadi kota metropolitan selevel kota-kota besar di dunia? Jangan mimpi indah dulu, Jakarta masih “primitif” walau gubernur setiap lima tahun silih berganti. Selama masih “besliweran” dan “gentanyangan” aneka kabel di semua jalan seantero Jakarta.

Andai Anda, termasuk saya, menjadi bagian dari keluarga atau Sultan Rifat Al Fatih (20), tentu tidak bisa membayangkan kehidupan kelak.

Bermaksud menikmati liburan di Jakarta, mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, semester 6 itu melintas Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, dengan kendaraan roda dua, 5 Januari 2023.

Saat menyusuri jalanan yang terletak sekitar 12,4 kilometer dari Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta (menurut hitungan jarak Google Maps), tiba-tiba ada juntaian kabel fiber optik yang melesat usai tersangkut di mobil yang berada di depannya ke arah Sultan Rifat.

Akibatnya sungguh fatal, dengan daya lenting yang cukup besar kabel fiber optik yang terbuat dari baja tersebut menjepret leher Sultan Rifat.

Setelah sempat tidak sadarkan diri selama perawatan di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan dan dipindahkan ke RSCM Jakarta, Sultan Rifat hingga kini masih belum bisa bicara.

Jangankan bicara, Sultan Rifat harus menggunakan selang untuk bernapas. Makan dan minum juga bergantung dengan keberadaan selang yang menempel di mulutnya.

Sultan Rifat tidak bisa lagi normal karena tulang tenggorokannya putus akibat baja kabel fiber optik (Kompas.com, 30/07/2023).

Apakah perusahaan yang memasang kabel fiber optik tersebut bertanggungjawab? Apakah Dinas Bina Marga Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertanggungjawab terhadap keberadaan utilitas di Ibu Kota ikut merasa bersalah?

Apakah kepala Dinas Binas Marga pernah menjenguk atau sekadar menyatakan simpati kepada keluarga korban? Apakah karena sibuknya sampai penjabat gubernur DKI Jakarta tidak punya waktu mengurus korban? Semuanya sama saja, semuanya mbelgedhes!

Perusahaan yang bertanggungjawab atas jaringan kabel fiber optik yang salah satu kabelnya menjerat leher Sultan Rifat Alfatih “hanya” bersimpati usai kejadian dengan mendatangi rumah korban.

Janji-janji untuk bertanggungjawab penuh hanyalah “bualan” belaka. Hingga sekarang, perusahaan yang pasti dimiliki pengusaha kaya tersebut lenyap tanpa kabar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com