JAKARTA, KOMPAS.com - Abainya Pemerintah Kota Bekasi membayarkan hak ahli waris lahan tiga sekolah dasar negeri (SDN) di Bantargebang telah membuat siswa di dalamnya telantar.
Siswa tiga sekolah negeri di Bantargebang, Bekasi, tak bisa lagi belajar dalam ruang kelas seperti kebanyakan murid lainnya. Akses SD Negeri III, IV, dan V Bantargebang ditutup dengan pagar seng.
Ahli waris lahan tempat berdirinya tiga SDN Bantargebang menuntut haknya ke Wali Kota Bekasi Tri Adhianto yang sudah bergulir sejak 2003.
Ahli waris menjanjikan akses sekolah bakal dibuka lagi setelah dia mendapatkan haknya kembali.
Siswa di tiga SDN Bantargebang harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Semua sekolah dipasangi spanduk, "Sekolah akan dibuka kembali setelah hak ahli waris dibayar".
Di gedung sekolah tersebut, terdapat spanduk sepanjang hampir tiga meter yang bertuliskan "Tanah Milik Ahli Waris H. M Nurhasanuddin Karim".
Penutupan sekolah ini sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Bekasi No. 253 /Pdt.G/2020/PN.Bks. Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No. 804 K/Pdt/ 2022. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 392/Pdt/2021/PT.Bdg. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 88 / Pdt/ 2023.
Baca juga: Perjuangan Ahli Waris Menagih Hak Rp 19 Miliar atas Lahan 3 SDN di Bantargebang Selama 2 Dekade
Akses menuju ruang sekolah juga tidak dapat dilalui. Pasalnya, ahli waris memasang pagar seng setinggi hampir dua meter.
Kepala SDN V Bantargebang, Aisyah, menyampaikan, sistem pembelajaran diganti menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Anak-anak PJJ sekarang, mudah-mudahan enggak lamalah (ditutup). Tadi juga sudah dikomunikasikan, 1 sampai 3 hari PJJ, itu harapan kami," tutur Aisyah, Senin (28/8/2023).
Aisyah menuturkan, ahli waris menutup akses sekolah menggunakan seng sejak Minggu (27/8/2023). Tak ada satu pun pihak sekolah yang mengetahui hal itu.
Baca juga: Belum Ada Kejelasan Ganti Rugi Lahan 3 SDN Bantargebang, Ahli Waris: Jangan Diombang Ambing
Karena itu, ia mengaku syok mengetahui sekolahnya tiba-tiba ditutup seng tanpa adanya pemberitahuan. "Bukan kaget lagi, syok berat bagi guru, orangtua, siswa, semuanya," kata dia.
Ayah salah satu siswa bernama Della, Dede Wahyudi (32), mengaku bingung ketika sang anak mulai bertanya alasan tidak belajar tatap muka dan bertemu teman-teman di sekolah.
Dede mengaku tidak mengetahui alasan penutupan sekolah anaknya. Pihak sekolah hanya memberikan informasi para siswa belajar dari rumah.
"Ya ini nanyain lah, kok enggak sekolah, kan biasanya upacara hari Senin, enggak jadi, bingung saya (jawabnya)," kata Dede.
Baca juga: Ahli Waris Tanah 3 SDN Bantargebang Sebut Pemkot Belum Ada Komunikasi Bayar Ganti Rugi