Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuda Polisi di CFD Bisa Tak Nyaman Saat Diajak Foto, Warga Perlu Jaga Jarak Aman

Kompas.com - 17/03/2024, 16:32 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Detasemen Turangga Mabes Polri sering menurunkan polisi berkuda untuk berpatroli dan menjaga kegiatan car free day (CFD) di Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Pemandangan kuda-kuda gagah yang ditunggangi anggota kepolisian itu pun kerap menarik perhatian pengunjung CFD.

Namun, ada kalanya salah satu kuda merasa kurang nyaman atau terganggu dengan situasi tertentu sehingga membuatnya cukup sulit menjadi obyek foto masyarakat.

"Disarankan (berfoto) sama kuda yang lain dulu. Jangan terlalu dekat dulu karena bisa membahayakan," ungkap salah satu anggota Detasemen Turangga Mabes Polri, Bripka Faisal, kepada Kompas.com di lokasi, Minggu (17/3/2024).

Baca juga: Polisi Berkuda dari Detasemen Turangga Bantu Amankan CFD

Adapun, situasi yang dapat membuat kuda terganggu atau kurang nyaman adalah saat manusia yang berada di dekatnya bergerak secara tiba-tiba.

Para kuda dalam Detasemen Turangga Mabes Polri memang sudah terlatih menghadapi segala situasi, termasuk keramaian di CFD.

Akan tetapi, bukan berarti mereka tidak bisa merasa kaget, misalnya ada gerakan secara tiba-tiba dari manusia yang belum familiar dengan kuda itu.

Selain itu, barang bawaan manusia yang letaknya terlalu dekat dengan kepala para kuda juga bisa membuat mereka merasa terganggu.

"Bisa membuat kuda tidak nyaman. Saat tidak nyaman, bisa melakukan mustang atau posisi kaki depannya naik. Itu bisa membahayakan Aswada dan orang lain," Faisal berujar.

"Kuda kami sebenarnya aman saja. Walaupun jinak dan sudah terlatih, namanya hewan ya manusia enggak bakal tahu mereka bakal bersikap gimana," imbuh dia.

Baca juga: Polri Turunkan 18 Polisi Berkuda Pasukan Turangga Jaga Keamanan Delegasi KTT G20 di Bali

Untuk mengatasinya, biasanya kuda tetap berada di posisi, yakni berbaris di depan Pos Polisi Thamrin.

Faisal menjelaskan, kuda justru bisa merasa lebih tidak nyaman saat dipisahkan dari kumpulannya.

Oleh karena itu, masyarakat yang ingin berfoto-foto dengan kuda lain disarankan tidak berdiri terlalu dekat dengan kuda yang sedang terganggu.

"Jangan dekat-dekat dulu warganya karena kuda tetap di posisi. Tapi, kami juga menanganinya dengan memberi reward, misalnya ajak kuda jalan-jalan dulu untuk gerak sebentar," jelas Faisal.

"Kalau masih tidak tenang, artinya kuda dehidrasi. Kami bakal langsung masukkan ke dalam bus untuk kuda istirahat. Tidak akan kembali ke barisan demi kenyamanan kuda, personel, dan warga," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com