JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria bernama Rasim (35) telah menghabiskan waktu lebih dari tiga dekade sebagai pengaduk dodol betawi di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Ditemui Kompas.com, Selasa (26/3/2024), pria asal Cilacap itu telah bekerja sebagai pengaduk dodol sejak tahun 1989.
Ia langsung menekuni profesi tersebut tak lama setelah usaha yang dirintisnya di Ibu Kota tak berjalan mulus.
Baca juga: Mengintip Pembuatan Dodol Betawi di Pejaten Timur, Wajib Diaduk Lima Jam Non-stop
“Saya ke Jakarta tahun 1987, habis itu coba jualan jamu keliling. Tapi, karena pendapatannya kurang, saya akhirnya beralih profesi,” ujar dia.
Rasim mengatakan, mulanya ia ditawari salah satu rekannya yang juga perantau untuk bekerja sebagai pengaduk dodol.
Karena terdesak ekonomi, ia akhirnya mengiyakan tawaran tersebut dan belajar selama beberapa bulan sebelum menjadi karyawan di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun.
“Sempat belajar dulu selama beberapa bulan, habis itu baru benar-benar terjun dan ngaduk dodol setiap hari,” tutur dia.
Rasim mengungkap, harga dodol saat itu masih dibanderol sangat murah.
Baca juga: Produksi Dodol Betawi Meningkat Selama Ramadhan
Dengan uang Rp 5.000, masyarakat sudah mendapatkan dodol khas betawi yang manis dan gurih.
“Dulu pakai uang Rp 5.000 sudah dapat dodol dengan ukuran lumayan. Kalau sekarang, dodol yang sedang saja sudah puluhan ribu harganya,” kenang dia.
Setelah 11 tahun bekerja di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Rasim mengaku, dirinya berada di titik terendah.
Ia merasa bosan dengan pekerjaannya karena setiap hari berada di dapur hanya untuk mengaduk dodol.
Rasim lalu memutuskan untuk keluar dan menjadi pekerja panggilan saat pesanan dodol sedang tinggi.
Baca juga: Tren Flu Singapura di RSUD Depok Meningkat, Ada 11 Kasus pada Maret 2024
“Tahun 2000 awal saya memutuskan keluar sebagai karyawan tetap. Saya mencoba pekerjaan baru supaya tidak bosan. Saya akhirnya cuma bekerja selama bulan Ramadhan saja sampai saat ini,” ucap dia.
Kendati hanya bekerja selama Ramadhan, Rasim memastikan, ilmu yang dimilikinya untuk mengaduk dodol tak pernah luntur.
Ilmu yang diajarkan oleh sang pemilik selalu terawat dengan jelas di dalam ingatannya.
“Semua teknik dan adonan dodol juga saya masih ingat, soalnya sudah di luar kepala memang. Jadi tidak ada masalah saat setiap tahun mendapat panggilan untuk bekerja,” pungkas Rahim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.