Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rasim 35 Tahun Jadi Pengaduk Dodol Betawi, "Resign" Saking Bosannya...

Kompas.com - 27/03/2024, 14:48 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria bernama Rasim (35) telah menghabiskan waktu lebih dari tiga dekade sebagai pengaduk dodol betawi di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ditemui Kompas.com, Selasa (26/3/2024), pria asal Cilacap itu telah bekerja sebagai pengaduk dodol sejak tahun 1989.

Ia langsung menekuni profesi tersebut tak lama setelah usaha yang dirintisnya di Ibu Kota tak berjalan mulus.

Baca juga: Mengintip Pembuatan Dodol Betawi di Pejaten Timur, Wajib Diaduk Lima Jam Non-stop

“Saya ke Jakarta tahun 1987, habis itu coba jualan jamu keliling. Tapi, karena pendapatannya kurang, saya akhirnya beralih profesi,” ujar dia.

Rasim mengatakan, mulanya ia ditawari salah satu rekannya yang juga perantau untuk bekerja sebagai pengaduk dodol.

Karena terdesak ekonomi, ia akhirnya mengiyakan tawaran tersebut dan belajar selama beberapa bulan sebelum menjadi karyawan di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun.

“Sempat belajar dulu selama beberapa bulan, habis itu baru benar-benar terjun dan ngaduk dodol setiap hari,” tutur dia.

Rasim mengungkap, harga dodol saat itu masih dibanderol sangat murah.

Baca juga: Produksi Dodol Betawi Meningkat Selama Ramadhan

Dengan uang Rp 5.000, masyarakat sudah mendapatkan dodol khas betawi yang manis dan gurih.

“Dulu pakai uang Rp 5.000 sudah dapat dodol dengan ukuran lumayan. Kalau sekarang, dodol yang sedang saja sudah puluhan ribu harganya,” kenang dia.

Setelah 11 tahun bekerja di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Rasim mengaku, dirinya berada di titik terendah.

Ia merasa bosan dengan pekerjaannya karena setiap hari berada di dapur hanya untuk mengaduk dodol.

Rasim lalu memutuskan untuk keluar dan menjadi pekerja panggilan saat pesanan dodol sedang tinggi.

Baca juga: Tren Flu Singapura di RSUD Depok Meningkat, Ada 11 Kasus pada Maret 2024

“Tahun 2000 awal saya memutuskan keluar sebagai karyawan tetap. Saya mencoba pekerjaan baru supaya tidak bosan. Saya akhirnya cuma bekerja selama bulan Ramadhan saja sampai saat ini,” ucap dia.

Kendati hanya bekerja selama Ramadhan, Rasim memastikan, ilmu yang dimilikinya untuk mengaduk dodol tak pernah luntur.

Ilmu yang diajarkan oleh sang pemilik selalu terawat dengan jelas di dalam ingatannya.

“Semua teknik dan adonan dodol juga saya masih ingat, soalnya sudah di luar kepala memang. Jadi tidak ada masalah saat setiap tahun mendapat panggilan untuk bekerja,” pungkas Rahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com