JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Ahmad Wahid buka suara soal kasus kematian mahasiswanya, Putu Satria Ananta Rustika (19), usai dianiaya seniornya berinisial T (21).
Wahid mengatakan, kejadian tersebut merupakan masalah pribadi antara pelaku dan korban, bukan karena perpeloncoan.
"(Budaya perpeloncoan) sudah tidak ada, sudah kita hilangkan. Jadi (kasus penganiayaan Putu) ini murni person to person," ungkap Wahid dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (4/5/2024).
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior
Wahid menegaskan bahwa saat ini sudah tidak ada budaya perpeloncoan di sekolah yang ia pimpin.
"Di sini (STIP Jakarta) sebenarnya tidak ada perpeloncoan. Jadi kita sudah hapus semua perpeloncoan karena itu penyakit turun-temurun," jelasnya.
"Saya sendiri sudah setahun di sini (STIP), itu semua (budaya perpeloncoan) sudah saya hapus, enggak ada lagi," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Putu tewas usai diduga dianiaya seniornya berinisial T di sekolah.
Korban disebut dipukul lima kali oleh pelaku di bagian ulu hati sebelum akhirnya tewas pada Jumat (3/5/2024).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, ditemukannya luka lebam di sekitar ulu hati Putu.
Baca juga: Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik
Korban sempat dibawa ke klinik sekolahnya usai kejadian itu. Namun, nadinya sudah tak berdetak.
Keluarga P juga sudah mengetahui peristiwa ini dan melaporkannya ke polisi.
Polisi masih terus mendalami dan mengembangkan kasus ini untuk dapat mengungkapnya secara terang-benderang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.