JAKARTA, KOMPAS.com — Para sopir angkutan umum menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lambat menentukan penyesuaian tarif resmi angkutan umum. Pembahasan masalah tarif masih mentok di DPRD DKI Jakarta karena masalah pelayanan umum diminta untuk diperbaiki dahulu.
"Kalau saya istilahnya kelelet naikin tarif. Soalnya, masak bensin naik cepat, tarifnya lama," kata Aryo (42), sopir angkutan M-18 Kampung Melayu-Pondok Gede, saat ditemui Kompas.com di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat (5/7/2013).
Aryo mengatakan, harga bahan bakar premium yang sudah naik saat ini membuat biaya operasional angkot membengkak. Kalau tarif angkot tidak segera dinaikkan, hal itu membebani para sopir.
Dahri (43), sopir angkutan M-18, juga merasakan hal yang sama. Ia berharap pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera menetapkan tarif baru yang disesuaikan perubahan harga-harga saat ini.
"Dari Organda belum ada tarif resmi, kita bensin sekarang sudah mahal. Kalau enggak ada tarif resmi, kita makan apa?" katanya.
Saat ini DPRD DKI Jakarta belum menyetujui usul pemerintah DKI tentang ketetapan tarif baru untuk angkot. DPRD masih menunggu Dinas Perhubungan DKI Jakarta memperbaiki layanan angkutan sebelum memberlakukan kenaikan tarif 50 persen. DPRD menilai kenaikan tarif tidak hanya dinikmati oleh pengusaha, tapi juga menguntungkan penumpang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.