JAKARTA, KOMPAS.com --
Sempat tak muncul beberapa tahun, tiba-tiba saja kasus mirip ledakan tabung gas berukuran 3 kilogram terjadi lagi. Kali ini, diduga akibat regulator bocor dan gas merembes keluar lalu menyambar api di kompor gas.

Seketika terjadi ledakan yang menyebabkan enam pedagang roti terbakar di sebuah rumah kontrakan di Gang H Taing, Jalan M Saidi I, Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Minggu (20/10) sekitar pukul 18.00.

Hingga Senin (21/10) kemarin, Kepala Kepolisian Sektor Metro Pesanggrahan Komisaris Deni Arnadi menyatakan masih menyelidiki penyebab kebakaran itu. Para korban dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mendapatkan perawatan memadai.

Senin siang, Mardi (30) terbaring tak sadarkan diri di ruang Instalasi Gawat Darurat RSCM, Jakarta Pusat. Wajahnya menghitam, sementara kulit tangannya mengelupas. Sejumlah peralatan medis, seperti infus dan alat pemantau detak jantung, terpasang di tubuhnya.

Mardi merupakan satu dari enam korban terbakar. Korban lainnya adalah Ramlan (37), Marimin (40), Mulyono (40), Suryanto (27), dan Eko (16).

Mereka merupakan perantau asal Karanganyar, Jawa Tengah, yang berjualan roti bantal keliling di Jakarta sejak satu setengah tahun lalu.

”Mereka semua tinggal di rumah yang juga jadi tempat masak roti itu. Ramlan bosnya yang modalin dan bayar kontrakan,” kata Agus (40), tukang masak di rumah naas itu.

Sesaat sebelum ledakan terjadi, Mardi dan Ramlan sedang memperbaiki regulator gas yang rusak di ruang bagian tengah rumah. Sebelumnya, memang tercium bau gas di dapur. ”Saat itulah tiba-tiba muncul api lalu menyebar cepat, tapi tabungnya enggak sampai meledak,” ujar Agus.

Saat itu, Mardi dan Ramlan sebenarnya sudah mematikan kompor gas yang tersambung dengan tabung gas 3 kilogram. Mardi dan Ramlan menderita luka bakar parah, sekitar 90 persen. Sementara itu, luka bakar Marimin mencapai 50 persen.

”Eko dan Suryanto kena luka bakar di kaki dan tangan karena saat itu ada di ruang depan sedang masak mi instan. Mulyono hanya luka bakar di kaki karena dia lari duluan,” kata Agus lagi.

Untuk sementara, para tetangga yang menanggung biaya pengobatan para korban. Hal itu karena keluarga korban belum sampai di Jakarta. Para korban juga bukan warga Jakarta sehingga tak bisa memanfaatkan fasilitas Kartu Jakarta Sehat.

”Saya sampai ninggalin STNK sepeda motor saya di RS Aminah (rumah sakit yang pertama merawat korban sebelum dirujuk ke RSCM) sebagai jaminan,” ujar Agus.

Tempat tinggal enam sekawan itu berada di gang sempit padat penduduk. Di dalam rumah berukuran 6 meter x 2 meter itu, mereka mempersiapkan dagangannya sehari-hari sebelum dijajakan. Beberapa gerobak dorong kosong teronggok di depan rumah petak yang ditutup garis polisi.

Ruangan yang pengap diduga turut memicu terjadinya musibah ledakan dan kebakaran. Jika sirkulasi udara lancar, gas bocor bisa langsung menguap dan tak memancing letupan.(NELI TRIANA/K02)