"Gubernur Basuki baru saja menjabat, tetapi sudah banyak berbuat untuk masyarakat DKI, seperti urusan kartu keluarga, KTP gratis, dan 1-3 kali seminggu pegawai kelurahan turun kerja bakti bersama warga," kata Rifan (48), tukang ojek dan warga RT 011 RW 002 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Jumat (27/2).
Ia menambahkan, sosok Basuki hampir sama dengan Jokowi dalam hal kebijakan dan kecintaan mereka kepada rakyat. Yang membedakan mereka, Jokowi lebih halus dan Basuki lebih tegas. "Warga Jakarta butuh pemimpin yang berani seperti Basuki untuk membuat perubahan," kata Rifan.
Rifan menambahkan, masyarakat kecil mendukung Basuki hingga akhir jabatannya. "Kami masyarakat kecil tetap mendukungnya asal dia tetap punya hati seperti sekarang bersama rakyat," ujarnya.
Wawan (38), karyawan toko di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, mengatakan, penilaian terhadap Basuki harus netral. "Orang kelas menengah ke bawah pasti mengakui kinerja Basuki karena bukan omong doang, tetapi ada buktinya," ucapnya.
Soal gaya komunikasi blakblakan, kata Wawan, itu ciri khas setiap orang. Bagi Wawan, gaya komunikasi blakblakan seperti itu dibutuhkan untuk mengurai budaya bisu yang selama ini menggerogoti pejabat dan pegawai negeri sipil di DKI. "Ini gubernur pertama yang berani melawan siapa pun demi rakyat dan kebenaran," ujarnya.
Diding (37), warga RT 001 RW 005 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, saat ditemui di Season City menyatakan, dalam sejarah Jakarta, ada tiga nama yang dikenal masyarakat, yaitu Ali Sadikin, Jokowi, dan Basuki. "Ketiga orang ini memiliki ciri khas berbeda yang sangat diakui oleh masyarakat," katanya.
Hingga jabatan usai
Menurut Diding, semua pihak harus mendukung Gubernur Basuki hingga akhir masa jabatannya. "Membangun Jakarta bukan membangun negeri seribu satu malam. Kita semua harus bersabar diri," ujarnya.
Diding menegaskan, rencana pemakzulan terhadap Basuki oleh DPRD DKI di luar akal sehat.
Meski demikian, sebagian masyarakat lain minta Basuki menepati janjinya menangani banjir dan kemacetan. Mereka juga berharap Gubernur bisa lebih dekat dengan masyarakat.
Marsudi (45), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan, Basuki merupakan sosok yang tegas dan bersemangat. "Selama jadi gubernur, dia sering marahi bawahan kalau kerja mereka enggak bener," katanya.
Namun, kata dia, banyak janji Basuki yang belum terpenuhi. "Katanya mau urus kemacetan, tetapi di daerah Pasar Minggu setiap hari macet dan itu sudah sejak saya datang 20 tahun lalu," tambah Marsudi.
Bahkan, pria kelahiran Madura itu sangsi Basuki bisa mengatasi kemacetan di Jakarta. "Sudah berapa kali ganti Gubernur Jakarta, macet enggak hilang juga," jelasnya.
Adi (22), warga asli Kalibata, Jakarta Selatan, mengkritik Basuki karena menganggapnya jarang bersilaturahim atau berkumpul bersama warga. Padahal, rakyat senang jika disapa langsung oleh pemimpinnya.
Adi dan juga Rosdi (38), warga Pejaten, menambahkan, dirinya tidak terlalu senang dengan gaya Basuki yang sembarangan berbicara di depan umum. "Dia, kan, pemimpin. Kalau selalu marah-marah, orang banyak yang enggak suka nantinya, apalagi kalau pakai omongan kasar. Jadi pemimpin, kan, harus sopan," kata Rosdi.
Namun, di sisi lain, Rosdi mengakui ketegasan Basuki kepada bawahannya, termasuk dengan DPRD DKI Jakarta, membuat dua lembaga itu tidak bisa seenaknya lagi memperlakukan rakyat yang memang seharusnya dilayani dengan baik. (B09/B10)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.