Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Antar-fraksi di DPRD Belum Sepakat, DKI Dipastikan Gunakan APBD Tahun 2014

Kompas.com - 20/03/2015, 20:37 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak punya banyak waktu lagi. Hasil evaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2015 harus sudah selesai dan diberikan kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada Senin (23/3/2015) mendatang.

Meski Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi dan Fraksi Partai Nasdem terlihat sudah setuju dengan APBD 2015, fraksi-fraksi lain berbeda pandangan. Mereka tetap menolak APBD 2015 yang sedianya merupakan RAPBD versi Pemprov DKI.

Sebelum mencapai tenggat waktu penyerahan hasil evaluasi tersebut, agar APBD 2015 bisa digunakan, maka harus ada kesepakatan di DPRD terlebih dahulu. Jika tidak, maka ujungnya adalah penggunaan APBD tahun 2014. [Baca: DPRD DKI Tunggu "Print Out" RAPBD sampai Pukul 21.00 WIB]

"Yang jelas, APBD harus ada kesepakatan bersama. Kesepakatan DPRD dan kepala daerah. Kalau DPRD enggak sepakat, ya sudah terpaksa pakai anggaran tahun lalu," kata pakar hukum tata negara, Refly Harun, Jumat (20/3/2015).

Kesepakatan di DPRD, ujar Refly, bukan kesepakatan satu atau dua pihak, melainkan semua insan di DPRD. Maka dari itu, petinggi fraksi di DPRD DKI dijadwalkan menggelar rapat gabungan pimpinan terkait penentuan sikap terhadap RAPBD 2015.

Rapat itu seharusnya dimulai pada pukul 14.30 WIB. Namun, sampai sekitar pukul 16.00 WIB, rapat belum juga dimulai.

Untuk bisa menyerahkan RAPBD, Pemprov membutuhkan persetujuan dari DPRD. Berdasarkan peraturan yang berlaku, bila lembaga eksekutif dan legislatif tak mencapai kesepakatan dalam penentuan RAPBD, maka besaran APBD yang akan digunakan pada tahun tersebut adalah anggaran yang menggunakan pagu anggaran tahun sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Megapolitan
Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Megapolitan
Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Megapolitan
Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com