Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BPK DKI: Masalah Lahan TPU Pondok Kelapa Akan Saya Pertanggungjawabkan

Kompas.com - 13/11/2015, 13:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi DKI Jakarta Efdinal mengaku siap menghadapi pemeriksaan Mahkamah Kehormatan Kode Etik BPK RI atas laporan Indonesia Corruption Watch.

"Masalah tanah TPU Pondok Kelapa ini akan saya pertanggungjawabkan di MKKE. Mohon tunggu saja hasilnya," ujar Efdinal saat dihubungi, Jumat (13/11/2015). (Baca: ICW Laporkan Kepala BPK DKI Terkait Lahan TPU Pondok Kelapa)

ICW melaporkan Efdinal atas dugaan penyalahgunaan wewenang. Ia disebut membeli lahan sengketa seluas 9.618 meter persegi di tengah area TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur, pada tahun 2005, kemudian menawarkan lahan tersebut kepada Pemprov DKI Jakarta.

Ketika itu, Efdinal belum menjabat Kepala BPK DKI. Setelah tawarannya tak direspons, Efdinal mengirimkan surat ke Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi DKI Jakarta yang menjabat ketika itu. 

Melalui surat tersebut, Efdina meminta BPK DKI untuk mengaudit lahan tersebut. Namun, permintaan itu tak dihiraukan BPK DKI.

Hingga akhirnya, ketika ia menjabat Kepala BPK DKI pada Desember 2014, Efdinal memerintahkan auditor BPK DKI untuk mengaudit dan kemudian memasukkannya ke Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Provinsi DKI Jakarta 2014.

Sementara itu, Efdinal membantah tuduhan ICW. Ia membantah disebut sebagai pemilik lahan sengketa itu.

Efdinal mengaku melibatkan diri dalam masalah lahan tersebut untuk membantu tiga warga yang disebutnya tidak memperoleh ganti rugi dari Pemprov DKI. "Tanah di TPU itu milik rakyat miskin yang terzalimi," ujar dia. (Baca: Berniat Bantu Warga, Kepala BPK DKI Bantah Tudingan ICW)

Ia pun berkeyakinan bahwa semua yang dilakukannya itu tidak salah. Efdinal juga menyayangkan sikap ICW yang dinilainya tidak menyoroti indikasi kerugian negara dalam pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI Jakarta pada 2014.

"Saya prihatin dengan ICW. Sebelumnya saya sangat bangga dengan teman-teman ICW. Mereka menggunakan hasil pemeriksaan BPK untuk membantu pemberantasan korupsi, tetapi terhadap kasus RS SW, ICW diam, ada apa?" ujar Efdinal.

"Kenapa indikasi korupsi penyalahgunaan uang rakyat Rp 755 miliar tidak menjadi perhatian ICW? Sedangkan tanah TPU milik rakyat miskin yang terzalimi dipermasalahkan. Rakyat tidak buta," kata dia lagi. (Baca: ICW: Laporan terhadap Kepala BPK DKI Tak Ada Hubungan dengan Ahok)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com