Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penutupan "Lapo" Senayan Seolah Mengulang Peristiwa 24 Tahun Lalu...

Kompas.com - 17/01/2017, 14:50 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Bagi pengusaha makanan di pusat jajanan serba ada (pujasera) tradisional Jalan Lapangan Tembak, Senayan, pemberhentian izin berdagang bukan pertama kali mereka hadapi. Sebab, mereka pernah mengalami hal serupa lebih kurang 24 tahun lalu.

“Sebelum di sini, sebagian besar dari kami adalah pedagang di Jalan Asia Afrika, Senayan. Waktu itu izin kami diberhentikan karena akan diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Non-Blok di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) pada 1992,” ujar Sopar Horas Simangunsong, pengelola RM Chinese Food Medan Ria Senayan, Selasa (17/1/2016).

Sopar masih ingat, kala itu, rumah makan yang kini dikelolanya masih dipegang orangtua. Untunglah, meski izin dicabut, mereka direlokasi. Bahkan, kata dia, tempat berjualan pun jadi lebih baik.

“Dapatlah kami tempat di sini (Jalan Lapangan Tembak),” ujar dia.

Di kawasan kuliner yang baru, Sopar tidak sendiri. Sebagian besar penjaja kuliner di lokasi sebelumnya dipindah bersama.

Di tempat baru inilah, dibangun rumah makan khas masakan Batak yang dikenal dengan istilah lapo dan rumah makan yang menjual masakan khas daerah lainnnya seperti sekarang. Sajiaan makanan mulai dari Medan, Padang, Jakarta, Jawa, hingga Makassar, berdiri di tanah itu.

Sayangnya, 24 tahun kemudian, kenyataan berkata lain. Jatah sewa pedagang di kawasan Lapangan Tembak itu dinyatakan habis per 15 Desember 2016.

Bersamaan, datang surat pemberitahuan yang isinya menyebutkan bahwa tak ada perpanjangan sewa pedagang karena di lokasi tersebut akan dibangun fasilitas penunjang kegiatan ASEAN Games 2018.

(Baca juga: Pengunjung "Lapo" Senayan Berkurang Seiring Terdengarnya Kabar Penutupan )

Berbeda dengan 24 tahun lalu, kini tak ada lagi kesempatan untuk para pedagang itu direlokasi.

Sontak, kabar itu membuat beberapa pedagang terkejut, termasuk Paulus Siagian (34), pengelola rumah makan khas Batak Lapo Siagian Boru Tobing.

“Sudah masa sewa habis, pemberian kompensasi waktu untuk meninggalkan tempat ini sangat singkat. Terakhir, pengelola bersikeras memberi waktu sampai 28 Februari 2017. Padahal mencari tempat baru tak mudah,” ujar Paulus.

Tenggat waktu yang dikatakan Paulus, sebenarnya sudah beberapa kali diubah. Surat pemberitahuan pertama menyatakan bahwa pedagang harus mengosongkan tempat pada 16 Desember 2016. Karena pedagang keberatan, keputusan diubah menjadi 15 Januari 2017.

“Masih gelisah dengan keadaan, masuk pesan teks bahwa pengelola per tanggal 12 Januari 2017 akan mulai mengirim material untuk pemagaran lahan. Kami tak setuju karena kami masih di sini,” kata Paulus.

Atas surat tersebut, para pedagang mengirimkan balasan yang isinya menyarakan keberatan atas keputusan itu. "Akhirnya mereka mengubah lagi tenggat waktu sampai 28 Februari 2017,” ucap Paulus.

Dipikir-pikir, kata Paulus, sudah sulit mencari sentra kuliner tradisional seperti di lokasi itu sekarang. Keputusan menutup lokasi tersebut amat disayangkan.
 
"Cek deh di Jakarta. Belum ada selengkap (kawasan kuliner) di sini," ucap dia.

Kembali bertaruh

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rangkaian Pilkada 2024 Belum Mulai, Baliho Bacalon Walkot Bekasi Mejeng di Jalan Arteri

Rangkaian Pilkada 2024 Belum Mulai, Baliho Bacalon Walkot Bekasi Mejeng di Jalan Arteri

Megapolitan
Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati”, Ketua RT: Warga Sudah Bingung Menyelesaikannya

Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati”, Ketua RT: Warga Sudah Bingung Menyelesaikannya

Megapolitan
Polisi Temukan Tisu “Magic” hingga Uang Thailand di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Polisi Temukan Tisu “Magic” hingga Uang Thailand di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Ditangkap di Purbalingga, Eks Manajer yang Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris Sempat Berpindah-pindah

Ditangkap di Purbalingga, Eks Manajer yang Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris Sempat Berpindah-pindah

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Akan Diskrining, Disnakertrans DKI: Jangan Sampai Luntang-Lantung

Pendatang Baru di Jakarta Akan Diskrining, Disnakertrans DKI: Jangan Sampai Luntang-Lantung

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Sulit Urus Akta Lahir, Pengelola: Mereka Ada Tunggakan Sewa

Warga Rusun Muara Baru Sulit Urus Akta Lahir, Pengelola: Mereka Ada Tunggakan Sewa

Megapolitan
Pengelola Bantah Adanya Praktik Jual Beli di Rusunawa Muara Baru Jakarta Utara

Pengelola Bantah Adanya Praktik Jual Beli di Rusunawa Muara Baru Jakarta Utara

Megapolitan
Gangster Bawa Senjata Kelillingi Tanjung Duren, Polisi Pastikan Tak Ada Korban

Gangster Bawa Senjata Kelillingi Tanjung Duren, Polisi Pastikan Tak Ada Korban

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Brigadir RAT, Sebut Kematian Disebabkan Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Brigadir RAT, Sebut Kematian Disebabkan Bunuh Diri

Megapolitan
Suramnya Kondisi RTH Tubagus Angke, Diduga Jadi Tempat Prostitusi dan Banyak Sampah Alat Kontrasepsi Berserakan

Suramnya Kondisi RTH Tubagus Angke, Diduga Jadi Tempat Prostitusi dan Banyak Sampah Alat Kontrasepsi Berserakan

Megapolitan
Polda Sulut Benarkan Brigadir RAT Jadi Ajudan Pengusaha di Jakarta, tetapi Tak Izin Pimpinan

Polda Sulut Benarkan Brigadir RAT Jadi Ajudan Pengusaha di Jakarta, tetapi Tak Izin Pimpinan

Megapolitan
Mantan Karyawan Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris untuk Bayar Utang Judi dan Beli Motor

Mantan Karyawan Gelapkan Uang Resto Milik Hotman Paris untuk Bayar Utang Judi dan Beli Motor

Megapolitan
Pabrik Arang di Balekambang Baru Disegel, Warga Sudah Hirup Asap Pembakaran Arang Selama 15 Tahun

Pabrik Arang di Balekambang Baru Disegel, Warga Sudah Hirup Asap Pembakaran Arang Selama 15 Tahun

Megapolitan
Baru Kerja Sebulan, Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris Gelapkan Uang Rp 172 Juta

Baru Kerja Sebulan, Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris Gelapkan Uang Rp 172 Juta

Megapolitan
Sudah 4 Bulan Permukiman Cipayung Depok Banjir, Akses Jalan Bulak Barat-Pasir Putih Terputus

Sudah 4 Bulan Permukiman Cipayung Depok Banjir, Akses Jalan Bulak Barat-Pasir Putih Terputus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com