Salin Artikel

Catatan tentang Teater Abang None Jakarta

Pertunjukan ini merupakan persembahan dari teater Abang None Jakarta di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Sebuah pementasan yang apik, mengkisahkan kehidupan seniman Betawi legendaris bernama Benyamin Sueb.

Tahun ini merupakan tahun ke-10 sejak pertama kali Teater Abang None menyelenggarakan pementasan pertamanya. Sebuah proyek "balas budi" yang menurut saya terbilang idealis dan keras kepala dari seorang sahabat dan senior yang saya kagumi, yakni Mpok Mod atau Maudy Koesnaedi.

Melihat potensi Abang None yang tak terbatas, ia pun memulai Teater Abang None ini, yang meskipun didukung oleh satu atau dua sponsor, namun lebih sering diongkosi dari biaya kantongnya sendiri.

Setelah beberapa tahun berjalan dan di antara semua "kegilaan" jungkir balik mempertahankan produksi, Mpok Mod mengakui bahwa akhirnya keterlibatannya yang mendalam pada Teater Abang None ini tidak lagi terasa seperti sebuah proyek untuk give back ke masyarakat.

Teater ini telah menjadi bagian yang lebih personal dari diri dan kehidupannya. Telah menjadi keluarga yang dibutuhkannya. Sebuah pengakuan yang, menurut saya, jujur dan mengharukan.

Setelah pertemuan itu, kami berdua bekerja sama agar dapat mencari dukungan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga karena tema yang diangkat oleh teater Abnon tahun lalu adalah tentang silat Betawi berjudul Jawara. Kami beruntung, saat itu Kemenpora memberikan lampu hijau.

Pada produksi ke 10 kali ini, BaBe – Muka Kampung Rejeki Kota, Teater Abang None Jakarta bekerja sama dengan Ifa Fachir sebagai penata musik dan Agus Noor selaku sutradara.

Di antara beberapa pemain yang mendukung adalah Tommy Tjokro, Indra Bekti, Mia Ismi, dan banyak lagi pemain hebat berbakat lainnya.

Jika diibaratkan kelezatan suatu sajian di restoran, maka yang saya rasakan dari pertunjukan tersebut adalah bahwa akhirnya telah ditemukan sebuah resep yang nikmat dan seimbang dalam menyajikan suatu masakan.

Teater Abang None setelah satu dekade akhirnya berhasil menemukan formula yang paling pas dalam menghadirkan teater musikal yang sempurna. Sepanjang hampir tiga jam, saya merasa mendapat hiburan yang bermutu untuk menghabiskan malam Minggu saya.

Lagu-lagu yang telah kita kenal akrab dari Benyamin S, seperti "Eh Ujan Gerimis Aje" atau "Eh Abang pulang.. bakul nasi goyang-goyang" atau "Nonton Bioskop", digarap ulang oleh Ifa fachir dan menjadi sangat menyenangkan untuk didengar.

Saya berkesempatan nonton pertunjukan terakhir hari Sabtu setelah sebelumnya digelar pada hari Kamis dan Jumat. Dengan kualitas sebaik itu saya menjadi paham mengapa selama tiga hari, tiket pertunjukan sold out. Saya semakin salut dengan pencapaian dan kerjakeras tim produksi Teater Abang None Jakarta.

Namun demikian, keesokan paginya ketika belum habis kekaguman saya terhadap pementasan tersebut, Mpok Mod mengirim sebuah pesan di WhatsAap, berpamitan bahwa hendak mundur dahulu dari produksi Teater Abang None.

Detailnya saya belum tahu pasti karena kami belum mendapat kesempatan temu langsung untuk dapat bicara panjang berdua. Namun, yang disampaikannya adalah bahwa Teater Abang None perlu lebih banyak waktu untuk kembali merumuskan strategi finansialnya.

Alasan klasik yang sangat mudah dipahami, saya kira, terutama bagi pelaku industri budaya dan seni kreatif.

Malam itu saya menonton bersama Ikatan None DKI Jakarta, beberapa seniman ternama Ibu Kota, dan Bapak Ketua Bekraf Triawan Munaf. Beliau menyampaikan pada saya bahwa Teater Abang None sempat mendekati Bekraf untuk urusan finansial ini. Namun, mereka datang terlambat ketika sudah terlalu dekat dengan waktu produksi.

Kepala Bekraf mengatakan bahwa mereka sebagai institusi berusaha sepenuhnya patuh pada SOP keuangan institusi dan diharapkan masyarakat membuka website Bekraf secara berkala, mengecek FAQs, atau datang langsung ke kantor Bekraf agar menjadi lebih familiar dengan mekanisme pendanaan mereka.

Pemerintahan Jokowi adalah yang pertama dalam sejarah bangsa ini secara serius menunjukkan keterlibatan negara dalam industri kreatif. Hal itu sendiri harus dihargai.

Namun, nyatanya potensi, talenta, ide, dan kerja kreatif yang ada di Indonesia sangatlah luas. Pasti perlu waktu agar negara dapat mengakomodasi itu semua.

Sebagai warga kota pada umumnya, saya tetap memiliki harapan besar bahwa pendanaan dan dukungan terhadap pelaku seni budaya dapat terus diberikan oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun individu.

Karena, pada suatu kurun seperti saat ini, di mana media mainstream hanya berisi sensasi, kebohongan, ataupun berita serba dangkal, ketika elite politik dan agama gagal menjadi teladan, ketika masyarakat dipecah belah oleh kebencian, yang bisa menolong kita mungkin hanya strategi budaya seperti ini.

Sebuah malam Minggu yang diisi dengan seni dan budaya yang indah, mengisi jiwa kota mengingatkan soal kelembutan. Strategi budaya mungkin jalan paling efektif untuk membuat kita kembali jatuh cinta pada jati diri kita sebenarnya sebagai sebuah bangsa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/02/20392391/catatan-tentang-teater-abang-none-jakarta

Terkini Lainnya

Hadiri May Day Fiesta, Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri May Day Fiesta, Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Megapolitan
Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi 'May Day'

Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi "May Day"

Megapolitan
Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke