Ari hendak menutup kiosnya. Kekecewaan terpancar dari wajahnya.
"Tahun lalu masih mendingan. Apalagi dua tahun lalu, tiga, empat tahun lalu. Ini semua habis mestinya sekarang," ujar Ari ketika ditemui Kompas.com di kiosnya.
Ari menyebut, omzetnya sekarang berkurang dibandingkan dua hingga empat tahun lalu.
Menurut dia, menjelang Lebaran tahun ini, penjualannya paling sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sehari-hari, Ari berjualan aneka pakaian. Ia mengandalkan busana muslim setiap kali Ramadhan dan menjelang Lebaran.
"Mana ada tahun ini bakalan habis. Sekarang orang sudah pada balik kampung. Dua tahun lalu itu dua-tiga hari sebelum orang-orang balik kampung, itu pasti ramai borong sana-sini. Sekarang begini saja, sama seperti hari-hari biasa," ujar Ari.
Hal serupa disampaikan Andi. Menurut dia, jual-beli di Pasar Tanah Abang cenderung melandai tahun ini.
"Ya, kemarin Minggu sih memang sempat agak ramai, tetapi ya itu biasa saja," ucap Andi di Blok G Tanah Abang.
Andi tampak sibuk merapikan sejumlah dagangannya.
Berbagai busana muslim serba putih ia pak dengan sabar, kemudian ia masukkan ke rak-rak di bawah belasan manekin berbalut busana muslim yang berjejeran di atasnya.
Pertama, daya beli masyarakat pendatang di Jakarta yang hendak pulang kampung semakin surut.
"Yang beli di sini (Pasar Tanah Abang) kan kebanyakan orang-orang daerah yang di sini (Jakarta). Tahun lalu, lah, itu masih ada dua kali lipat pas lagi ramai-ramainya. Sekarang santai," ucap dia.
Kedua, persaingan dengan toko online yang tak bisa dihindari.
Terjepit online shop
Andi membandingkan hasil penjualannya dengan adiknya yang berjualan busana muslim lewat internet.
Ia menaksir, pembeli merasa lebih praktis apabila membeli pakaian di online shop karena tak perlu mengeluarkan tenaga.
"Yang jualan online adik saya. Ya, dia sih, merasakan itu (keuntungan)," ucap Andi.
"Mungkin memang sekarang orang larinya ke online karena malas ke sini lagi. Harga sih kita yakin (bersaing). Coba lihat di sini kan murah-murah juga. Kalau di online lebih murah, ya sah-sah saja tapi kan mereka (pembeli) enggak bisa lihat bahan," papar Andi.
Wahyu, pedagang pakaian di lantai dasar Pasar Tanah Abang Blok G, menyampaikan pendapat senada.
Kendati demikian, dia tak merasa omzetnya turun drastis, meski mengakui bahwa animo pembeli sedikit turun pada tahun ini.
"Kalau dibandingin sama tahun kemarin, ya masih bagus tahun kemarin," kata Wahyu kepada.
Menurut dia, penjualan lebih banyak melalui online dibandingkan di pasar. Wahyu pun memiliki toko online.
"Saya kan jualan lewat online juga. Dapat banyaknya malah lewat online, bukan yang di sini (kios). Dagangannya sih sama padahal," kata dia.
Pantauan Kompas.com pada Selasa siang, jumlah pembeli masih terbilang banyak. Mereka tersebar di beberapa gedung pasar, trotoar, dan jembatan penyeberangan multiguna (skybridge).
Kebanyakan dari mereka merupakan perempuan segala usia. Bahkan, pembeli yang berbelanja di sekitar Tanah Abang meluber hingga ke tepi badan jalan.
Mereka yang rata-rata membawa pulang beberapa kantong plastik berisi penuh belanjaan juga kerap duduk melingkar beristirahat di skybridge dan Stasiun Tanah Abang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/28/18421611/keluhan-pedagang-tanah-abang-penjualan-lebih-sepi-hingga-persaingan