Pelabuhan ini mulai dikembangkan dari zaman Hindia Belanda, di abad ke-19.
Sejarah
Pelabuhan Tanjung Priok awalnya dibangun pada tahun 1877 dan selesai pada tahun 1883. Pembangunannya di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm Van Lansberge.
Sebelum ada pelabuhan Tanjung Priok, kapal-kapal besar harus membongkar muatannya untuk dipindahkan ke kapal kecil yang dibawa dengan perahu melalui muara Ciliwung dari dan menuju Kota Lama.
Aktivitas ini pada mulanya lancar. Namun pasca meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699, Sungai Ciliwung tidak lagi bisa dipakai sebab lumpur dan lahar membuat sungai dangkal.
Pemerintahan Belanda kala itu pun memutuskan membuat kolam pelabuhan I di Pelabuhan Tanjung Priok. Tujuannya sebagai tempat singgah kapal besar, mulai dari kapal dagang dan kapal batu bara.
Pembangunan kolam II kemudian diteruskan pada tahun 1914 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal AFW Idenburg. Pembangunan ini dilakukan dikarenakan pada tahun 1912 sempat terjadi arus kemacetan di kolam I.
Kemacetan terjadi karena saking banyaknya arus keluar masuk kapal dagang di kolam I. Oleh karenanya pemerintahan setempat memutuskan membuat kolam II untuk kebutuhan ruang kapal.
Pembangunan kolam pelabuhan II akhirnya selesai pada 1917.
Bersamaan dengan pembangunan kolam pelabuhan II, juga dibangun Stasiun Kereta Tanjung Priok. Pembangunannya dibuat karena digunakan sebagai tempat menginap para penumpang yang menunggu kedatangan kapal.
Arsiteknya kala itu ialah JCW Koch yang merupakan seorang Insinyur utama dari Staats Spoorwegen yakni salah satu perusahaan kereta api Hindia-Belanda. Pemerintah Belanda mengerahkan 1.700 tenaga kerja dengan 130 pekerja dari Eropa di dalamnya.
Di dalamnya terdapat kamar-kamar yang bisa digunakan bagi para penumpang. Stasiun ini pun kemudian diresmikan pada 6 April 1925.
Pembangunan kemudian dilanjutkan pada tahun 1921 untuk pelabuhan kolam III. Namun sayangnya sempat terhenti karena wabah malaria. Akhirnya dilanjutkan pada tahun 1929 dan selesai tahun 1932.
Asal Usul Nama
Nama Tanjung Priok terdiri dari dua kata yaitu tanjung dan priok.
Kata tanjung berarti daratan yang menjorok ke laut. Sedangkan kata priok yakni semacam panci masak dari tanah liat. Panci ini kala jaman Hindia-Belanda dikenal sebagai komoditas perdagangan.
Ada pendapat lainnya bahwa nama Tanjung Priok berkaitan dengan nama Aki Tirem, seorang penghulu di Warakas yang tershohor membuat periuk.
Lalu, pendapat terakhir mengaitkan nama Tanjung Priok dengan kisah Mbah Priok. Konon, Mbah Priok yang bernama asli Habib Ali Al-Haddad berlayar dari Palembang ke Batavia pada 1756 untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.
Namun di perjalanan, ia diserang Belanda dan tergulung ombak. Ia terdampar di pesisir Jakarta hanya dengan sebuah periuk. Oleh karena itu ia dikenal dengan nama Mbah Priok.
Nama daerah itu bermula dari nama pohon tanjung (Mimusops elengi) yang tumbuh menandai makam Mbah Priok (Habib Ali Al-Haddad).
Perkembangan Tanjung Priok
Kini Pelabuhan Tanjung Priok dikelola oleh PT Pelindo II. Tanjung Priok menangani lebih dari 30 persen komoditi non migas Indonesia.
Selain itu Pelabuhan Tanjung Priok juga barometer perekonomian Indonesia karenam50 persen dari seluruh arus barang yang keluar masuk Indonesia melewati pelabuhan ini.
Fasilitas intermoda yang lengkap di pelabuhan ini mampu menghubungkan Tanjung Priok dengan seluruh kota di Indonesia.
Dengan Teknologi dan fasilitas modern, Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call).
Pelabuhan Tanjung Priok memiliki tiga terminal. Terminal satu merupakan pintu masuk dan keluar dari barang-barang cair dan kering yang berasal dari sumber daya alam seperti batubara, semen, baja dan lain-lain.
Terminal dua, hampir sama perannya seperti terminal pertama, namun jangkauan luasnya kini untuk jangkauan internasional dengan total lebih dari 600.000 ton barang.
Di terminal dua juga dilengkapi dengan crane sebagai alat pembantu dalam pemindahan barang.
Terminal tiga yakni keluar masuknya barang-barang kebutuhan seperti elektronik, perkakas rumah tangga, otomotif dan barang-barang lainnya.
Pelabuhan ini memiliki 64 unit crane besar yang beroperasi selama 24 jam nonstop.
Referensi:
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/23/03100021/sejarah-pelabuhan-tanjung-priok