JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan perempuan berbaju hitam memadati Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Rabu (15/2/2023).
Perempuan-perempuan tersebut datang ke PN Jakarta Selatan untuk menghadiri sidang vonis terdakwa kasus pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E.
Pantauan Kompas.com di lokasi, para perempuan yang didominasi oleh "emak-emak" tersebut mulai memadati PN Jakarta Selatan sekitar pukul 07.30 WIB.
"Kami adalah pendukung Richard Eliezer. Motivasi, harapan, serta doa akan terus kami gemakan meski sidang telah berakhir," ujar Nina di halaman PN Jakarta Selatan.
Nina bercerita, dukungan yang ia curahkan kepada Eliezer datang dari hati nurani terdalamnya.
Ia tersentuh dengan pengorbanan Eliezer yang rela mengawal kasus pembunuhan Brigadir J seorang diri.
Nina terkesan dengan kesediaan Eliezer yang rela menjadi justice collaborator. Menurut dia, posisi tersebut tidaklah mudah karena Eliezer harus berani mengungkap borok mantan atasannya, yakni Ferdy Sambo.
"Jujur, awalnya saya hanya mengikuti kasus ini melalui saluran TV, tetapi aksi heroik Eliezer yang memilih untuk menjadi justice collaborator membuat hati saya terenyuh," kata wanita asli Betawi tersebut.
"Sejak saat itu, saya selalu datang ke sini (PN Jakarta Selatan). Tidak ada satu pun sidang Eliezer yang saya lewatkan," sambung Nina.
Dari tak saling mengenal...
Tidak hanya Nina, Lucky Latumeten juga memiliki pendapat serupa. Langkah Eliezer yang menjadi justice collaborator membuat Lucky tak segan untuk mencurahkan waktu dan tenaganya.
Wanita berusia 68 tahun itu bahkan sangat bersyukur karena mengenal banyak sosok hebat di PN Jakarta Selatan.
"Awalnya saya tidak kenal siapa-siapa, tetapi kejujuran Eliezer menyatukan kita semua. Kami adalah pendukung setia Bharada E. Entah itu Eliezer's Angels, Richard's Angels, atau apa pun sebutannya, intinya semua sama saja," ungkap Oma Lucky.
"Kami memang berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Baik itu suku, ras, agama, dan golongan. Tapi kami bisa menyatu karena Eliezer adalah justice collaborator dan aksinya menggugah empati kita semua," lanjutnya.
Lebih lanjut, Oma Lucky juga menjelaskan perihal pendukung Bharada E yang didominasi oleh emak-emak.
Menurutnya, Bharada E yang saat ini usianya baru menginjak 24 tahun masih dalam kategori anak-anak. Alhasil, Bharada E perlu dukungan dan motivasi dari emak-emak supaya tetap kuat menghadapi setiap persidangan.
"Dia itu masih anak-anak. Perlu bimbingan dari kami yang telah merasakan asam garam. Kami juga tak segan memberikan Eliezer bingkisan setiap selesai sidang agar dia selalu percaya diri," kata Oma Lucky.
"Hari ini kami bawa permen, handuk, selimut, dan masih banyak lagi. Nanti barang ini kami kasih via LPSK atau melalui pengacara Eliezer. Kami ingin dia selalu merasa mendapat perhatian," tegasnya.
Di lain sisi, Sesilia yang sehari-harinya mengabdi kepada gereja juga tak pernah absen untuk mendukung Eliezer.
Biarawati yang tinggal di bilangan Cilincing tersebut mengaku berempati karena kejujuran Eliezer sejak awal.
Sebagai salah satu pembunuh Brigadir J, Eliezer dianggap telah memperlihatkan ketulusan untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada keluarga Brigadir J.
Sejak saat itu, Sesilia mengaku tak pernah absen untuk memberikan dukungan kepada Eliezer.
"Bharada adalah pangkat terendah, dia pasti tak bisa menolak perintah atasannya, Ferdy Sambo. Alhasil, ketika dia mengakui kesalahannya dan mau menjadi justice collaborator, saya langsung melihat bahwa Eliezer layak untuk diberi dukungan," kata Sesilia.
"Saya bahkan menemukan keluarga baru di sini. Dari yang tadinya tidak kenal, kini sudah bagaikan keluarga. Saya juga kerap memanggil mereka pasukan angin ribut, bukan pendukung Bharada E, karena emak-emak ini berisik sekali," pungkasnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/16/06000051/eliezers-angels-kisah-para-pendukung-richard-eliezer-yang-kini-terhubung