JAKARTA, KOMPAS.com - Eks Ketua RT 014/RW 015 Kelurahan Tugu Utara Ramlah Harahap (74) mengungkapkan, Dyah Aristi Kusuma Putri (42) mengalami depresi usai kedua orangtuanya meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Sebagai informasi, Putri merupakan anak tunggal yang hidup sebatang karang di rumah reyot penuh puing di Jalan Mayangsari III, Blok E-13, RT 014/RW 15, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Rumahnya tidak lagi dialiri listrik.
“Ya biasanya manja, ada orangtua, ada pembantu, tapi sekarang sendiri. Teman dia tidak ada, memang. Waktu sekolah, anak-anak bawa teman ke rumah, nah dia enggak," ungkap Ramlah Ramlah pada Senin (24/7/2023).
Untuk diketahui, tempat tinggal Ramlah hanya berjarak beberapa rumah dari kediaman Putri. Dia dan keluarga pertama kali datang ke lingkungan tersebut pada 1984.
Beberapa bulan kemudian, Putri bersama kedua orangtuanya tinggal di rumah yang kini tidak terurus.
“Awalnya biasa saja, dia normal. Kondisi rumah bagus. Mereka datang ke sini pada 1984, tapi direnovasi dulu sama ibunya. Putri saat itu usianya masih tiga tahun,” kata Ramlah.
Menurut pandangan Ramlah, orangtua Putri terbilang berkecukupan dari sisi ekonomi. Orangtuanya juga menyewa asisten rumah tangga untuk mengurus pekerjaan rumah dan menjaga Putri.
“Dia (Putri) hidupnya kalau pulang sekolah, ya sama pembantunya. Tapi kalau ada ibu dan bapaknya, ya sama mereka. Sesekali saya main ke sana, dia (Putri) panggil saya juga sebutan Ibu,” tutur Ramlah.
Singkat cerita, pada 2009, ayah Putri mengembuskan napas terakhir. Sementara, ibunya meninggal dunia pada 2015.
Semenjak kepergian orang terkasihnya, kepribadian Putri berubah dan rumah tersebut menjadi tidak terawat.
“Awalnya biasa saja, dia normal. Setelah ibunya dan bapaknya meninggal dunia, mulai dia agak kelainan. Awalnya normal,” ucap Ramlah.
Diketahui, tempat tinggal Putri dikelilingi rumah besar yang bersih dan terawat.
Tembok setinggi satu meter berwarna abu-abu tanpa pagar menjadi pembatas kediaman Putri.
Memasuki area halaman, puing-puing berserakan dan menutupi pekarangan. Ada juga daun-daun kering, ranting pohon, bambu-bambu yang sudah diikat rapi, pohon setinggi dua meter, dan tanaman liar di halaman rumah.
Tembok depan rumah Putri berwarna merah bata. Sementara itu, pintu kayu berwarna coklat terlihat sudah usang dan tidak memiliki kunci.
Saat Kompas.com masuk ke dalam rumah, terdapat sebuah ruangan di sebelah kanan yang penuh dengan tumpukan barang berserakan.
Barang-barang tersebut meliputi kompor sumbu, kursi plastik, sofa berwarna biru yang sudah kotor dan rusak, pakaian-pakaian, kursi plastik merah, perabot dapur, dan lain-lain.
Sama seperti pekarangan, bagian dalam rumah Putri juga dipenuhi puing-puing.
Kemudian, plafon kediaman Putri tampak kusam. Bahkan, ada beberapa bagian yang sudah bolong.
Sementara itu, bagian belakang rumah Putri sudah tidak memiliki atap. Di area ini, ada satu kamar mandi yang juga dipenuhi sisa reruntuhan.
Di sisi lain bagian belakang rumah, terdapat terpal biru berukuran besar. Di belakangnya ada ruang kecil berisi satu dipan kayu beralas tikar, satu kursi kayu panjang dengan alas duduk yang sudah rusak, dan lemari kayu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/24/19221271/hidup-sebatang-kara-di-rumah-reyot-putri-diduga-depresi-setelah-orangtua