Salin Artikel

Udara Jakarta Makin Kotor, Walhi: Belum Ada Tindakan Nyata dari Pemerintah

JAKARTA, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, belum ada tindakan nyata dari pemerintah terkait polusi udara di Ibu Kota.

Padahal, Jakarta beberapa hari terakhir menjadi kota dengan kualitas udara terburuk sedunia.

“Kalau pandangan kami ini jadi preseden bahwa belum ada tindakan yang nyata dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah,” ujar Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Suci F Tanjung saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/8/2023).

Berdasarkan hasil kajian maupun fakta di lapangan, lanjut dia, sumber emisi atau pencemar udara berasal dari kendaraan bermotor maupun pembangkit listrik.

Selain itu, tingginya angka kebakaran di Ibu Kota menambah tingkat polusi udara.

“Tetapi kita melihat memang belum ada langkah yang serius untuk bisa memastikan bahwa Jakarta, dan sekitarnya itu berkurang emisinya,” papar Suci.

“Sehingga bisa kita lihat bahwa polusi udara akhir-akhir ini makin tinggi,” sambung dia.

Dia berpandangan, pemerintah perlu memetakan sumber polutan untuk membangun strategi penanganannya.

Pasalnya, tingginya indeks kualitas udara tak hanya disebabkan oleh kendaraan bermotor saja.

“Jadi bukan hanya ke kecenderungan pada faktor-faktor tertentu misalnya kayak data 75 persen bahwa itu memang dari kendaraan bermotor, tetapi faktor-faktor yang lainnya itu kemudian dikesampingkan,” tutur Suci.

Kebakaran, misalnya, merupakan salah satu faktor meningkatnya polusi udara. Terlebih insiden kebakaran sering kali melanda Ibu Kota.

“Bahkan dari minggu lalu kita juga melihat bahwa kejadian kebakaran sampai delapan kejadian dalam satu minggu. Nah itu kan pasti menjadi sumber polutan,” ungkapnya.

Pembenahan transportasi publik

Menurut Suci, jika transportasi dianggap sebagai biang keladi polusi udara maka harus ada pembenahan untuk mendorong animo masyarakat dalam penggunaan transportasi umum.

"Bisa tidak misalnya transportasi publik itu dibuat dengan seefisien mungkin, seefektif mungkin dengan mengurangi durasi perjalanan. Artinya transit-transitnya juga itu perlu diperhatikan," jelas Suci.

Kualitas udara yang buruk di DKI Jakarta belakangan ini menjadi sorotan. Pada Senin (14/8/2023) pagi, DKI Jakarta duduk di nomor empat kualitas udara terburuk di dunia.

Dikutip dari laman IQAir, kualitas udara di Ibu Kota terpantau masih masuk kualitas tidak sehat pada Senin pagi ini.

Pada pukul 08.22 WIB, nilai indeks kualitas udara Ibu Kota tercatat di angka 153 AQI US dengan ukuran polutan utamanya PM2.5.

Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5. Konsentrasi tersebut 11,9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Dengan buruknya kualitas udara itu, warga disarankan untuk mengenakan masker, menyalakan penyaring udara, menutup jendela, dan menghindari aktivitas di luar ruangan.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), polusi udara di Jakarta paling banyak disumbang oleh sektor transportasi (44 persen), industri energi (31 persen), dan domestik perumahan (14 persen). Kemudian disusul industri manufaktur (10 persen) dan sektor komersial (1 persen).

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/14/19015841/udara-jakarta-makin-kotor-walhi-belum-ada-tindakan-nyata-dari-pemerintah

Terkini Lainnya

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke