Salin Artikel

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Selain menghanguskan bangunan empat lantai dan satu basement, kebakaran ini juga memakan tujuh korban jiwa karena terjebak di dalam toko.

Awal kejadian, terdengar ledakan

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi mengatakan, berdasarkan keterangan warga di lokasi, terdengar suara ledakan sebelum bangunan toko bingkai itu terbakar.

"Berdasarkan keterangan warga, terdengar ledakan sebelumnya. Api kemudian langsung membesar,” ujar Satriadi.

Api kemudian membakar isi dan konstruksi bangunan Toko Bingkai itu.

Pantauan Kompas.com, Kamis malam, pengendara dari arah Bangka yang hendak menuju Kuningan atau Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tak bisa leluasa melintas.

Di ruas jalan sebaliknya, pengendara dari arah Kuningan yang hendak menuju daerah Bangka juga tertahan lantaran mobil pemadam memenuhi semua ruas jalan.

Selain itu, kebakaran toko bingkai tersebut membuat karyawan gedung panik berhamburan keluar karena lokasi tempat kerja mereka tak jauh dari tempat kejadian.

Dinas Guklarmat DKI Jakarta menyatakan, setidaknya 24 mobil pemadam dengan personel 60 orang dikerahkan dalam proses pemadaman api yang membakar toko bingkai.

Satriadi saat itu mengatakan, tidak bisa memastikan waktu pemadaman api. Terlebih, api sempat kembali muncul beberapa jam setelah proses pemadaman.

“Situasi saat ini proses pendinginan, tidak ada api lagi. Tapi, karena asap masih tebal, kami tarik asapnya dengan membuat ventilasi agar petugas bisa masuk ke dalam dengan tenang,” katanya.

Menurut Satriadi, penarikan asap dari dalam bangunan membutuhkan banyak waktu. Sebab, area bangunan cukup luas dan terdiri dari empat lantai serta satu basement.

“Karena bangunan ini cukup luas dan semua kena dampaknya, jadi tak bisa dipastikan kapan pendinginan atau pemadaman selesai,” ujarnya.

Lima selamat, tujuh tewas

Sementara itu, Kapolsek Mampang Kompol David Yunior Kanitero berujar ada lima korban kabakaran berhasil dievakuasi. Sedangkan tujuh orang yang terjebak di dalam meninggal dunia.

Kelima korban yang dievakuasi itu disebut merupakan karyawan toko bingkai. Para korban itu dievakuasi dengan kondisi mengalami luka-luka.

"Kelima korban mayoritas menderita luka bakar. Kini masih mendapatkan perawatan di RSUD Mampang Prapatan,” kata David.

Adapun tujuh orang yang meninggal dunia karena terjebak ditemukan di lantai dua bangunan. Mereka ditemukan di salah satu sudut ruangan yang digunakan sebagai gudang toko.

“Jenazah ditemukan di lantai dua bangunan, mereka berada di ruangan yang sama,” ujar David.

Pantauan Kompas.com di lokasi, jenazah dievakuasi pada Jumat pagi, sejak pukul 07.15 WIB.

Evakuasi berlangsung kurang lebih selama 35 menit dari lantai dua bangunan.

Seluruh jenazah rencananya dibawa langsung ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati di Jakarta Timur.

"Satu ada yang memotong kayu, ada yang membetulkan kompresor, ada juga yang menyemprotkan bensin ke kayu. Karena kayu ini ada rayapnya,” kata David.

Menurut David, ruang bawah tanah pada toko bingkai ini diduga menjadi tempat di mana api pertama kali muncul.

Kebakaran yang menghanguskan toko bingkai tersebut diduga disebabkan karena meledaknya alat kompresor.

“Tiba-tiba ada api yang menyambar, kemudian membakar bangunan dan ruko ini,” ujar David.

Berikut daftar korban meninggal dunia dan yang selamat :

Korban Tewas

  • Thang Tjiman, laki-laki, umur 75 tahun
  • Heni, perempuan, umur 39 tahun
  • Riichi, umur 2 tahun
  • Austin, umur 8 tahun
  • Tia, perempuan, sekitar umur 25 tahun
  • Shella, sekitar umur 20 tahun
  • Jesika, 18 tahun

Korban luka bakar

Mengenakan baju lengan panjang berwarna ungu, celana bahan hitam, dan kerudung hijau, Sri hanya bisa duduk sambil menundukkan kepala.

Dia duduk di sebuah anak tangga pelataran gedung yang bersebelah dengan toko bingkai "Saudara Frame".

Sri sesekali menyeka air mata menggunakan punggung tangan dan kerudungnya. Tetapi, air matanya tetap tak terbendung.

Kedatangan Sri bersama keluarga ke lokasi kejadian untuk memastikan apakah benar anaknya menjadi korban kebakaran atau tidak.

Sebab, dia masih tidak percaya usai mendapatkan telepon dari salah satu anggota keluarga pemilik toko bingkai "Saudara Frame" yang mengabarkan anaknya telah tewas.

“Anak saya namanya Tiara. Baru kerja di situ (Saudara Frame & Gallery) 8 April,” kata Sri.

Ibu rumah tangga itu menyampaikan, Tiara masih berusia 24 tahun. Putrinya bekerja di "Saudara Frame" sebagai asisten rumah tangga (ART) infal.

Pasalnya, ART yang bekerja di sana tengah pulang kampung dan akan kembali bekerja beberapa hari kemudian.

“Gantikan mbak (sedang) pulang (kampung), teman aku, terus (anak aku) bilang, tanggal 20 (April) mau pulang, malah pulang selamanya,” ujar Sri sambil menangis.

Usai mendapatkan kabar tersebut, Sri menawarkan pekerjaan tersebut kepada anaknya melalui sambungan telepon karena saat itu Tiara sedang berada di kampung halaman, yakni Wonogiri, Jawa Tengah.

Tertarik dengan tawaran ini, anak Sri menyetujui dan bertolak dari kampung halaman ke Jakarta untuk bekerja mulai 8 April sampai 20 April 2024.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/20/08191181/tragedi-kebakaran-maut-di-mampang-dan-kisah-pilu-keluarga-korban-tewas

Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke