Malah dirugikan
Direktur PT Jakarta Mega Trans John Tambunan selaku perwakilan konsorsium operator bus transjakarta mengatakan, sejak bus dioperasikan pada 2004, operator malah dirugikan. Per bus sering patah karena bus kelebihan penumpang dan beroperasi selama 20 jam per hari.
”Kami pun dijanjikan dibayar berdasarkan per kilometer. Sebulan dijanjikan bisa maksimal 270 kilometer. Namun, di lapangan, kami hanya dapat memperoleh 220 kilometer per bulan karena pihak Badan Pengelola Transjakarta membatasi perjalanan bus,” ujar Tambunan.
Dengan kondisi tersebut, operator bus tak bisa meremajakan armadanya.
Sebaliknya, Rini Ekotomo, mantan Kepala BP Transjakarta pada 2004 yang kini menjadi anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, mengungkapkan, mengelola transjakarta tak mudah karena harus berhadapan dengan operator yang belum bisa bekerja efisien dan birokrasi yang lambat.
Direktur Utama PT Transjakarta ANS Kosasih mengatakan, selama tahun 2014 ini, pihaknya lebih banyak berkutat di masalah administrasi terkait perubahan kelembagaan pengelola bus transjakarta menjadi PT Transjakarta. Perubahan kelembagaan itu bertujuan agar pengelolaan transjakarta bisa lebih profesional.
Menurut Kosasih, akan ada berbagai pembenahan, salah satunya adalah pembenahan aturan dan kontrak kerja sama dengan para operator bus. Kondisi bus yang tidak prima karena terlalu lama dioperasikan akan menjadi pertimbangan memperbarui kontrak dengan operator.
Menurut Kosasih, sampai pertengahan 2015, ada 300 bus baru. Sebanyak 200 di antaranya akan menggantikan bus yang sudah tua, sedangkan 100 lainnya akan menambah bus yang ada. Maret 2015 akan dioperasikan 148 bus baru yang dibeli operator pada 2013. Bus ini seharusnya tiba Juli 2014.
Bus yang dibeli Pemprov DKI dan sempat tersandung korupsi, kata Kosasih, kemungkinan besar ditarik agen tunggal pemegang merek. Uang muka yang sudah dibayarkan Pemprov DKI akan dikembalikan.
Direktur Operasional PT Transjakarta Heru Heriawan menambahkan, pihaknya terus mencari solusi tiga masalah utama transjakarta, yakni kurangnya SPBG, pemantauan posisi bus yang masih manual, dan belum adanya pemantauan keamanan di dalam bus. Pemasangan GPS untuk pemantauan posisi bus, kerja sama pembangunan SPBG, dan penerapan tiket sistem single trip diharapkan bisa mulai mengurai berbagai permasalahan tersebut.
Bagaimanapun, bus transjakarta masih menjadi salah satu alternatif terbaik angkutan umum di Ibu Kota. Masyarakat menaruh asa besar pada perbaikan angkutan publik ini. (MDN/ART/MKN/DEA/PIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.