Ada salah satu sikap Lulung yang menjadi ciri khas ketika ia sedang diwawancarai, yaitu menyindir. Bagi Lulung, wartawan selalu berpihak kepada Ahok, panggilan Basuki. Keluhan itu kerap ia lontarkan setiap sesi wawancara.
"Makanya jangan mau dibohongin kek, kenapa sih Anda sekolah tinggi-tinggi? Saya bingung, deh. Bener. Buset, capek deh gue kalau dibahas," ujar Lulung kepada wartawan dalam sesi wawancara pada Senin (9/3/2015).
Ketika Lulung mengucapkan hal itu, proses APBD masih ada di Kementerian Dalam Negeri. Pemerintah Provinsi DKI masih menunggu dokumen APBD yang telah dievaluasi. Saat itu, Lulung menjelaskan, jika DKI pada akhirnya memakai pergub bukan karena Ahok yang tiba-tiba menginginkan pergub, melainkan pergub diterbitkan karena tidak ada kesepakatan antara Pemprov DKI dan DPRD DKI. "Jadi bukan karena gue mau pake pergub, hih lu kira perusahaan lu," ujar Lulung.
Pada sesi wawancara yang sama, Lulung juga melontarkan alasannya mengapa begitu vokal dalam kisruh APBD ini. Lulung mengatakan, ia tidak mau selalu difitnah. Menurut Lulung, ucapan Ahok yang menyebut anggota DPRD DKI sebagai maling maupun pencuri adalah sebuah penghakiman tanpa proses sidang.
Anggota DPRD DKI, kata dia, pada dasarnya memiliki keluarga yang juga harus menanggung beban fitnah ini. Lulung pun menceritakan itu kepada wartawan. "Coba, kamu anak saya, saya bapak kamu. Mau enggak bapaknya difitnah? Saya tanya dulu, mau? Mau bapaknya difitnah?" tanya Lulung kepada awak media.
Mendapat pertanyaan itu, wartawan hanya bisa diam. Akan tetapi, ada seseorang yang menjawab pertanyaan Lulung dengan jawaban "mau".
Lulung pun tertawa kecil mendengar hal itu. "Ya mau. Orang lu semua nulisnya lain semua, malah nuduh gue," ujar Lulung.
Lulung juga pernah merasa kesal karena media selalu menuliskan setiap peryataan Ahok tanpa dipotong meskipun ucapan Ahok memiliki nada kasar. Hal yang sebaliknya justru dilakukan kepada anggota DPRD DKI. Ucapan DPRD DKI tidak ditulis secara utuh sehingga pembelaan-pembelaan yang dilakukan anggota Dewan tidak sampai ke masyarakat.
"Omongan kami yang belepotan diedit. Giliran omongan dia (Ahok) yang comberan enggak diedit," ujar Lulung.
Benci, tetapi rindu
Meski kerap menyindir wartawan yang mewawancarainya, Lulung tidak pernah marah. Hanya kesannya dia marah, padahal tidak. Semua sindiran itu dia lakukan sambil tertawa kecil dan senyum.
Sampai sekarang, Lulung selalu menjawab pertanyaan wartawan yang mengejarnya. Sesekali, ia juga menggoda wartawan karena kerap menunggu di luar ruangannya. Padahal, masih banyak anggota Dewan lain yang dapat diwawancarai. "Lu kenapa sih pengin tanya gue mulu? Yang lain kek," ujar Lulung.
Bahkan, Lulung juga sering melakukan selfie dengan para wartawan. Tak jarang, foto-foto selfie tersebut ia unggah ke akun Twitter pribadinya. Lulung bahkan menyebut sesi foto bersama wartawan tersebut sebagai hal yang menghiburnya di tengah penat soal pekerjaan.
Seperti di sela-sela rapat Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta, Jumat (21/3/2015) lalu. Ketika itu, Lulung sedang sedikit kesal karena print out APBD dari Pemprov DKI tidak kunjung datang. Lulung pun tersenyum riang ketika belasan wartawan yang sedang meliput mengerubutinya dan mengajaknya foto bersama. "Nah, ini nih yang menghibur gue," ujar Lulung seraya terkekeh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.