Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angket pada Ahok Dianggap Tak Mencerminkan Kepentingan Publik

Kompas.com - 26/03/2015, 06:44 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses hak angket Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) DKI terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama terus berlanjut. Namun pilihan untuk melanjutkan proses tersebut dinilai oleh sebagian pihak tidak mewakili kepentingan publik.

“Ini (hak angket) tidak mewakili kepentingan publik. Publik kan tidak banyak yang setuju hak angket,” kata Ray Rangkuti, pengamat politik dari Lingkar Madani, kepada Kompas.com, Rabu (25/3/2015).

Ray menilai proses hak angket ini tidak tepat. Ia menyebutkan, langkah yang tepat dilakukan harusnya adalah interpelasi.

“Angket itu kan dibuat karena ada temuan DPRD yang menyatakan RAPBD yang dikirim Ahok itu bukan hasil yang disetujui bersama. Sebetulnya kalau itu ditemukan ada di situ pelanggaran prosedur karena Ahok mengirimkan RAPBD yang bukan keputusan bersama. itu tidak tepat hak angket, tetapi interpelasi, karena bertanya,” tegas Ray.

Uniknya, kata Ray, Kementerian Dalam Negeri malah mengapresiasi draft RAPBD yang dikirimkan oleh Ahok. Sehingga ini membutikan bahwa secara substansial draf Ahok jauh lebih baik.

“Meskipun Ahok mengerjakan tidak sesuai prosedur tetapi Mendagri menilai secara substansial. Sehingga bisa dilihat sekarang, angket sekarang ini lebih pada prosedural bukan substansial,” ungkap Ray.

Ray mendukung langkah yang dilakukan DPRD untuk melaporkan Ahok ke polisi. Menurutnya biar polisi yang menentukan apakah ini termasuk penggelapan atau hanya sekadar prosedural.

“Apakah ini (RAPBD) ada upaya mengelabui. biarkan polisi yang menyelidiki. Jika ditemukan unsur kesengajaan dalam mengirimkan data palsu, ya oke bisa di-impeachment, karena terbutkti penggelapan atau pemalsuan naskah,” kata Ray.

Kendati demikian, proses pelaporan ke polisi itu tentu memiliki jalan panjang. Banyak hal yang perlu dievaluasi. Salah satunya penilaian bahwa kasus ini bisa masuk ranah polisi atau tidak.Kendati demikian, proses pelaporan ke polisi itu tentu memiliki jalan panjang. Banyak hal yang perlu dievaluasi. Salah satunya penilaian bahwa kasus ini bisa masuk ranah polisi atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tumpukan Sampah di TPS Pasar Merdeka Bogor Sudah Dibersihkan

Tumpukan Sampah di TPS Pasar Merdeka Bogor Sudah Dibersihkan

Megapolitan
Warga Depok Ditusuk Tetangganya gara-gara Masalah Anjing

Warga Depok Ditusuk Tetangganya gara-gara Masalah Anjing

Megapolitan
Usulkan Duet Ridwan Kamil-Kaesang pada Pilkada Jakarta, Sekjen PAN: Bisa Jadi 'Game Changer'

Usulkan Duet Ridwan Kamil-Kaesang pada Pilkada Jakarta, Sekjen PAN: Bisa Jadi "Game Changer"

Megapolitan
Rumah di Sunter Terbakar karena Gas Bocor, 2 Orang Terluka

Rumah di Sunter Terbakar karena Gas Bocor, 2 Orang Terluka

Megapolitan
Gang Venus Tambora Minim Cahaya Matahari, Potret Padatnya Permukiman di Jakarta

Gang Venus Tambora Minim Cahaya Matahari, Potret Padatnya Permukiman di Jakarta

Megapolitan
PAN Usulkan Duet Ridwan Kamil-Kaesang Pangarep pada Pilkada Jakarta 2024

PAN Usulkan Duet Ridwan Kamil-Kaesang Pangarep pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Kepada Penyembelih Hewan Kurban, Imam Besar Masjid Istiqlal Minta Bertugas Sesuai Syariat

Kepada Penyembelih Hewan Kurban, Imam Besar Masjid Istiqlal Minta Bertugas Sesuai Syariat

Megapolitan
Kisah Pelukis Piring di Bekasi, Berawal dari Coba-coba hingga Tembus Pasar Dunia

Kisah Pelukis Piring di Bekasi, Berawal dari Coba-coba hingga Tembus Pasar Dunia

Megapolitan
Banyak Pelajar Kecanduan Judi 'Online', KPAI Minta Guru dan Orangtua Cek Aktivitas Daring Anak

Banyak Pelajar Kecanduan Judi "Online", KPAI Minta Guru dan Orangtua Cek Aktivitas Daring Anak

Megapolitan
Penjarahan Rusunawa Marunda Dilakukan Terang-terangan, Warga Pertanyakan Keberadaan Pengelola

Penjarahan Rusunawa Marunda Dilakukan Terang-terangan, Warga Pertanyakan Keberadaan Pengelola

Megapolitan
Pelaku Jambret Tertangkap Kamera Fotografer Saat Beraksi di CFD Jakarta

Pelaku Jambret Tertangkap Kamera Fotografer Saat Beraksi di CFD Jakarta

Megapolitan
Sapi Kurban dari Jokowi, Ma'ruf Amin, hingga Megawati Disembelih di Masjid Istiqlal

Sapi Kurban dari Jokowi, Ma'ruf Amin, hingga Megawati Disembelih di Masjid Istiqlal

Megapolitan
Sebut Ribuan Pelajar Terpapar Judi 'Online', KPAI Ingin Dilibatkan dalam Satgas

Sebut Ribuan Pelajar Terpapar Judi "Online", KPAI Ingin Dilibatkan dalam Satgas

Megapolitan
Aksi Brutal OTK di Kemayoran, Kejar Pasutri lalu Tembaki Warga

Aksi Brutal OTK di Kemayoran, Kejar Pasutri lalu Tembaki Warga

Megapolitan
Dukung Pembentukan Satgas Judi 'Online', KPAI Anggap Pencegahan Juga Penting

Dukung Pembentukan Satgas Judi "Online", KPAI Anggap Pencegahan Juga Penting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com