Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat, akikah, khatam Alquran, dan tujuh bulanan, atau juga sekadar melihat para pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, Beksi.
Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau.
Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekadar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau.
Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau. Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebunan, pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah penduduk.
Apabila berkunjung ke pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda penghormatan.
Jika tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang buah-buahan tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu bernegosiasi harga dengan pemiliknya.
Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini antara lain belimbing, rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, nam-nam, kecapi, durian, jengkol, dan kemuning.
Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Perkampungan Setu Babakan hingga saat ini telah dilengkapi fasilitas-fasilitas umum, seperti tempat ibadah, panggung pertunjukan seni, tempat bermain anak-anak, teater terbuka, wisma, kantor pengelola, galeri, dan pertokoan suvenir krendang, dan masih banyak lagi.
Selain itu, di Setu Babakan juga telah dibangun dua jembatan gantung, sehingga pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di tengah Setu Babakan.
Setu Babakan juga menjadi salah satu tempat favorit bersepeda santai di Jakarta Selatan. Meski demikian, untuk sementara, kata Supli, baru zona Embrio saja yang bisa dikunjungi. Khusus untuk bangunan wisma ada teater terbuka dipadu perkampungan adat modern.
Nanti setelah zona A selesai,pengunjung bisa menikmati museum, panggung terbuka ala koloseum, dan panggung tertutup berkapasitas 500 penonton.
"Untuk estimasi rata-rata kunjungan per hari, mencapai 200-300 orang di hari biasa. Melonjak menjadi 750-1000 orang saat weekend. Totalnya per minggu bisa ada 2.500-3.000 pengunjung, atau 10.000-15.000 orang per bulan," ucapnya.
Sementara itu, sekuriti zona Embrio, Acan mengatakan waktu berkunjung hanya dibatasi dari pukul 06.00-18.00 WIB.
Setiap bulan biasanya ada gelaran pentas seni Betawi di panggung pementasan zona Embrio. Khususnya bagi seluruh sanggar di lima wilayah DKI yang terdaftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI.
"Zona Embrio ada dua penjaga, pakai sistem aplusan. Paling rame pas musim libur atau Sabtu Minggu," ujar dia.