Dia adalah Ekky Zakia Aziz (41), warga Cipinang, Jakarta Timur. Dia mengaku belum pernah ngojek sebelumnya. Namun, demi mendapatkan uang tambahan untuk pendidikan anaknya, dia ikut mengantre bersama orang-orang yang melamar menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi itu.
Menurut Ekky, selama ini, dia dan suaminya menjual makanan di kantin sekolah. Selama berdagang di kantin, omsetnya mencapai Rp 800.000 per hari.
"Bersihnya Rp 300.000 sehari. Tapi itu kan Senin-Jumat doang, Sabtu-Minggu libur. Belum lagi kalau libur sekolah. Praktis saya menganggur, enggak ada pemasukan," ucap ibu empat anak itu.
Hal tersebut menjadi pemicunya untuk mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut dia, menjadi pengemudi ojek merupakan pilihan paling ideal bagi dirinya. Sebab, dia bisa mengatur waktu karena tidak terikat kerja sama apa pun terkait pekerjaan yang dijalaninya.
Ekky pun berinisiatif untuk mendaftar menjadi pengojek berbasis aplikasi. Dia mengaku terinsipirasi dari salah satu temannya, yang memiliki suami sudah bergabung terlebih dulu.
"Intinya, kita sedang menabung untuk dapat penghasilan tambahan. Supaya anak saya bisa sekolah tinggi. Kalau bisa, sekolahnya sampai keluar negeri. Jadi, setelah dengar cerita teman yang suaminya sudah gabung, saya putusan untuk ikut gabung," ucapnya.
Ekky tidak peduli statusnya sebagai Ibu empat anak saat harus bekerja sebagai tukang ojek.
"Enggak masalah kok. Semua keluarga, orang tua, suami dan anak saya mendukung. Dulu saya juga anggota resimen mahasiswa (Menwa) di STIE Rawamangun. Pernah ikut satgas (Sayuan tugas) Timor Timur tahun 1996," ucapnya seraya tertawa.
Meski menjadi pengojek dominan dijalani kaum pria, Ekky mengaku hal itu bukan penghalang baginya untuk mencari rezeki yang halal. Dia mengaku pernah menjadi penyalur beras. Bahkan ikut mengangkut karung beras ke pasar induk.
Selain itu, Ekky juga pernah jadi sopir di rental mobil miliknya. Meski kendaraan rental yang dimiliknya hanya satu unit. "Itu pun saya nyetir sendiri. Tapi, ternyata, lebih banyak biaya perawatannya daripada pemasukan. Jadi, mending saya jual aja mobilnya," kata Ekky.
Pengalaman menjadi sopir itu juga sempat mendorongnya untuk menjadi sopir bus. khususnya sopir bus transjakarta. Namun, dia gagal bersaing dengan calon pengemudi bus lainnya.
"Tadinya mau daftar jadi sopir busway (transjakarta). Tapi karena saya enggak ada relasi, jadi susah masuknya," ujar Ekky.
Saat ini, pemilik ijazah S1 Fakultas Hukum dari universitas swasta di Jakarta itu menjalani pekerjaan sebagai konsultan hukum di rumahnya. Namun, pekerjaan tersebut tidak dilakukan secara penuh.
"Ya, paling nanti saya atur waktu lagi. Habis antar anak sekolah, bisa buat ngojek. Kantin ada suami sama pegawai yang jaga. Kalau konsultan kan enggak setiap hari ada," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.