Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Empat Dinas DKI yang Paling Sering "Diubrak-abrik" Ahok

Kompas.com - 04/09/2015, 08:48 WIB
Jessi Carina

Penulis


3. Dinas Kebersihan DKI

Pada awal pemerintahan Jokowi-Ahok, Ahok menemukan permasalahan sampah yang cukup mengganggu di DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah penduduk yang mencapai hampir 10 juta jiwa merupakan salah satu daerah dengan angka penghasil sampah tertinggi.

Dalam sehari, sampah warga Ibu Kota mencapai lima ton. Buntutnya, sering kali dijumpai penumpukan sampah di sejumlah titik yang telat atau tak ditangani dengan segera.

Kondisi ini mengganggu, baik secara estetika maupun bau busuknya yang menusuk hidung. Atas hal ini, akhirnya Jokowi-Ahok memberikan "kejutan" dengan mengganti Kepala Dinas Kebersihan DKI saat itu, Eko Bharuna. Selain alasan tersebut, penggantian Bharuna juga disebabkan usianya yang sudah memasuk usia pensiun.

"Pak Bharuna kan sudah 35 tahun mengurusi sampah, sudah pensiun ya kami ganti. Kami harap penyegarannya lebih bagus," ujar Ahok.

Bharuna pun diganti oleh wakilnya saat itu, Unu Nurdin. Akan tetapi, Unu pun kembali diganti pada Februari 2014. Salah satu penyebab dicopotnya Unu adalah terkait kasus pengadaan truk sampah yang seharusnya menjadi program Dinas Kebersihan DKI saat itu.

Ahok kesal Unu tidak menganggarkan 200 truk sampah dalam APBD 2014. Selain itu, Ahok juga kesal karena Unu dianggap berbohong.

Unu mengaku bahwa anggaran tersebut dicoret pada saat di DPRD. Padahal, anggaran itu sudah dicoret saat prosesnya masih ada di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Alasannya ialah karena Unu tidak bisa menjelaskan dengan baik manfaat truk tersebut.

Akhirnya, Saptastri Ediningtyas pun ditunjuk untuk menggantikan Unu. Akan tetapi, Ahok masih berpendapat bahwa kinerja Tyas (sapaan Saptastri) masih kurang baik dan tidak tegas. Akhirnya, Tyas pun kembali diganti oleh PNS lain, Isnawa Aji, yang menjabat hingga saat ini.

Isnawa Aji dulunya merupakan Wakil Kepala Dinas Kebersihan. Setelah dicopot dari jabatan kepala dinas, Tyas sempat turun jabatan menjadi staf. Namun, tidak lama kemudian, dia dilantik kembali menjadi Kepala Perpustakaan Kepulauan Seribu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com