Banyak pejabat eselon dua, eselon tiga, dan eselon empat digeser atau diturunkan (demosi) dari jabatannya.
Pejabat baru dilantik setelah lolos berbagai uji kelayakan dan kepatutan, seperti tes psikologi, tes kompetensi melalui computer assisted test, dan tes makalah.
Tak jarang dilakukan sistem seleksi terbuka guna mendapatkan personel yang tepat. Evaluasi dan penilaian kinerja pun dilakukan setelah tiga bulan menjabat.
Basuki mengatakan lebih memerlukan orang yang tidak korupsi, tidak mencuri, dan mau berkarya. Menurut dia, warga Jakarta membutuhkan orang yang mau bekerja.
Oleh karena itu, ia meminta para pegawai negeri sipil di DKI Jakarta berlomba-lomba memberikan yang terbaik untuk warga Ibu Kota (Kompas, 8/8).
Publik mengapresiasi langkah Basuki yang mulai tahun ini memakai sistem penganggaran elektronik (e-budgeting) untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI.
Cara itu dinilai sebagai terobosan dan langkah maju dalam upaya mengamankan keuangan Pemprov DKI.
Masyarakat meyakini, jika anggaran tidak dikorupsi, Pemerintah Provinsi DKI punya dana lebih dari cukup untuk menuntaskan berbagai masalah di Ibu Kota secara bertahap.
Meski demikian, satu tahun pemerintahan Basuki-Djarot ini juga tidak berjalan tanpa catatan.
Sejumlah tokoh, pakar, dan pengamat mengungkapkan catatan yang perlu diperhatikan Basuki dalam menjalankan tugas-tugasnya ke depan.
Catatan tersebut dimulai dari persoalan relokasi warga Kampung Pulo, Jakarta Timur, yang diwarnai kekerasan; bongkar pasang pejabat yang dinilai terlalu sering sehingga mengganggu kinerja sistem birokrasi; sampai soal kebijakan pelarangan sepeda motor melintas di jalan-jalan protokol yang dianggap tak terlalu bermanfaat.
Penataan sistem transportasi massal yang layak dan terintegrasi, yang sudah lama ditunggu masyarakat, juga dinilai belum menunjukkan hasil nyata.
Dukungan publik yang begitu besar saat ini seharusnya dimanfaatkan Basuki-Djarot untuk segera menuntaskan semua pekerjaan rumah tersebut. (NEL/FRO/DNA/MKN/APA/BEY/LITBANG KOMPAS)
----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 19 November 2015, dengan judul "Kekusutan Ibu Kota Mulai Diurai".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.