Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Bojong Gede-Citayam Rawan Longsor, bahkan Kerap Banjir

Kompas.com - 25/11/2015, 14:07 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

Kerikil rel tergerus

Air dari tengah rel yang tergenang, lanjutnya, kemudian keluar melalui kerikil yang ada di bawah bantalan rel. Menurut Jaung, genangan air juga menggerus kerikil yang menjadi alas bantalan rel.

"Kemarin saya dan warga mesti keluar terus nahan (kasih isyarat) kereta biar jalannya pelan. Soalnya sudah parah," ujarnya.

Ia mengatakan, kemudian datang seorang petugas PJKA ke lokasi itu. Selasa malam sekitar pukul 23.00, lanjut Jaung, puluhan petugas PJKA mulai datang dan melakukan perbaikan rel di titik tadi.

"Mereka kerja sampai pukul 03.00 pagi. Ada juga yang sampai tidur depan teras rumah saya sini, saya bikinin kopi. Katanya sambil nunggu barang buat benerin rel," kata Jaung.

Di titik rawan ambles di depan dekat rumah Jaung memang kondisinya terdapat cekungan yang cukup dalam. Yang paling dalam sekitar 10 meter.

Di cekungan itu, ada yang sudah diturap. Itu pun karena untuk jalur saluran air. Namun, turap saluran air yang sekaligus menahan tanah rel juga sudah ada yang roboh.

Pekerja juga terlihat sedang menangani turap yang roboh itu. "Roboh sekitar setahun lebih kemarin," ujar Jaung.

Hingga siang ini, hampir 30 pekerja dari pihak PJKA tampak tengah memperbaiki lokasi rawan ambles itu. Para pekerja terlihat dengan alat semacam katrol atau hidrolik memperbaiki kondisi rel.

Ada pula yang menarik kembali kerikil yang tergerus ke bawah bantalan rel lagi. Sebagian lainnya ada yang mengisi karung dengan tanah untuk jadi turap untuk memperkuat fondasi samping rel. Kereta yang melintas tampak mesti memperlambat kecepatan di titik ini.

Sementara itu, seorang pegawai bernama Supriyadi yang mengenakan baju PT KAI menolak menjelaskan kegiatan di lokasi tersebut.

"Saya enggak ngerti Mas, nanti saya salah jawab," ujar Supriyadi.

Namun, ia mengonfirmasi bahwa longsor yang terjadi tidak separah seperti gambar longsor yang beredar di media sosial.

"Bukan Mas, itu mah yang di Cilebut dulu," ujarnya setelah melihat foto yang beredar di media sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir 'Stunting' Meningkat

Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir "Stunting" Meningkat

Megapolitan
Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Megapolitan
Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Megapolitan
Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Megapolitan
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

Megapolitan
Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Megapolitan
Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Megapolitan
Jaksa Minta Hakim Tolak Pembelaan Panca Pembunuh Empat Anak Kandung di Jagakarsa

Jaksa Minta Hakim Tolak Pembelaan Panca Pembunuh Empat Anak Kandung di Jagakarsa

Megapolitan
Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit Ternyata Anak Kandung Korban

Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit Ternyata Anak Kandung Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com