Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Temu Atasi Polemik "Normalisasi"

Kompas.com - 25/01/2016, 15:03 WIB
Di luar masalah lingkungan, ujar Suryono, program normalisasi sungai mengundang resistensi di kalangan aktivis karena nyaris tidak ada proses partisipasi warga di dalamnya.

Normalisasi dimaknai dengan lebih dominannya pendekatan teknikal, terutama menghadapi ancaman banjir yang "hanya" terjadi 2-3 bulan dalam setahun.

"Penanggulan tepi sungai menjadi program utama. Namun, relasi warga dan sungai makin jauh, bahkan secara visual. Dalam jangka panjang, apabila tidak dilanjutkan dengan program penataan ruang tepian air yang menghubungkan warga dengan sungai, memori warga Jakarta tentang sungai akan makin terkubur dan tradisi kota tepian air tak tumbuh," tuturnya.

Kritik pendekatan "normalisasi" bukan hanya pada penanganan 13 sungai lama, melainkan juga proyek Kanal Timur yang baru beberapa tahun ini selesai dibangun.

Proyek-proyek normalisasi lebih menyerupai pembangunan drainase besar menuju ke laut ketimbang membangun ruang tepian air baru di Jakarta.

Penataan area air dan tepian air di Jakarta lebih ideal jika menjadi jalan mewujudkan semangat Jakarta Baru yang dulu diusung Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama saat berduet maju memimpin Ibu Kota.

Semangat, yang diharapkan terus dipegang Basuki saat menggantikan Jokowi, diyakini lebih memihak dan adil bagi warga kebanyakan.

Bukan hanya pengembang yang mendapatkan keuntungan akibat peningkatan nilai lahan dari penataan itu, kata Suryono, pemerintah Jakarta diharapkan membuka kesempatan yang sama bagi warga dan komunitas yang tinggal di sepanjang tepian air.

Diperlukan kearifan untuk membangun kota tidak sekadar berdasar perencanaan ruang, tetapi juga keadilan ruang.

"Program konsolidasi lahan dan insentif intensitas bangunan untuk permukiman tepian air yang terdampak langsung proyek perlu difasilitasi dan didukung," kata Suryono.

Prioritas amankan kota

Basuki dan Mudjiadi menolak jika normalisasi dinilai tidak memanusiakan manusia.

"Kalau kita pindah mereka (warga bantaran) ke tempat tidak layak, itu melanggar HAM. Tetapi, ini disediakan rumah susun sederhana sewa. Anak-anaknya diberi Kartu Jakarta Pintar, angkutan umum gratis," kata Basuki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com