Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Pilkada DKI Jakarta dan Kaum Penebar Kebencian

Kompas.com - 16/03/2016, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

KOMPAS.com — Rasanya, belum lama kita melewati waktu-waktu yang keras penuh pertikaian dalam Pilpres 2014 yang amat melelahkan. Sebuah masa ketika orang tua dan anak bermusuhan, kawan menjadi lawan, ikatan persaudaraan sebuah keluarga terbelah karena berbeda pilihan. 

Perbedaan pilihan adalah sesuatu yang lumrah. Perbedaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari realitas kehidupan kita. Dalam politik, kita memang tidak harus satu suara.

Masalahnya adalah betapa laranya hidup kita jika perbedaan itu diaktualisasikan melalui cara-cara yang menggerogoti jati diri ke-Indonesia-an dan kemanusiaan kita.

Jokowi dulu difitnah sebagai orang Tionghoa dan Kristen, padahal ia orang Jawa dan seorang Muslim. So what gitu lho dengan Tionghoa dan Kristen?

"Stempel" kesukuan dan agama sengaja disematkan untuk memancing sentimen kebencian. Jahat. Dia yang melakukan itu sungguh jahat, jahat sekali. Ia merusak akal sehat kebangsaan kita.

Agama menjadi komoditas, alat mencapai kekuasaan, sekadar barang dagangan, dan kehilangan maknanya sebagai perjalanan spiritual yang amat personal.

Masa-masa yang keras seperti pilpres kemarin sepertinya akan kita lalui lagi dalam Pilkada DKI Jakarta. Lini masa media sosial kita sudah mulai ditaburi oleh beragam sikap politik yang saling menyudutkan. Cilaka-nya, sungguh cilaka, agama dan suku kembali dijadikan peluru.

Ahok memiliki semua "dosa asal" agama dan kesukuan itu. Ia Tionghoa dan Kristen. Komplet "dosa"-nya. 

Membela akal sehat

Tulisan ini sama sekali tidak ingin membela Ahok. Masyarakat Jakarta memiliki wisdom-nya sendiri tentang siapa yang akan dipilih sebagai pemimpin mereka. (Baca: Anomali itu Bernama Ahok)

Tulisan ini ingin mengingatkan soal martabat kemanusiaan kita yang berpotensi digerus oleh kaum penebar kebencian yang memerkosa akal sehat kita dengan memproduksi kabar bohong.

Sekali lagi, memproduksi kabar bohong, meme-meme hitam berisi fitnah keji. Tulisan ini ingin membela akal sehat kita sebagai Indonesia, juga sebagai manusia.

Pemilu belum lagi mulai. Calon belum jelas, belum ditetapkan, tetapi kegaduhan para suporter sungguh sudah riuh. Tidak suporter di sebelah sana, tidak suporter di sebelah sini. Tidak kabar bohong di sana. Tidak kabar bohong di sini. Ada juga yang belum punya calon yang mau didukung, tetapi sudah ribut minta ampun. 

Ada yang bergeser

Kita lalu melihat, diskusi kita di ruang-ruang media sosial tidak lagi soal gubernur Jakarta, tetapi pada polaritas keagamaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com