Setelah merdeka, Soekarno mengingatkan lagi saat berpidato di Surabaya, 24 September 1955.
"Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke."
Harus dirawat
Kebangsaan kita sebagai Indonesia adalah sebuah imaginasi kolektif, kata Ben Anderson, Indonesianis asal Amerika. Kebangsaan kita bukan lahir secara tiba-tiba. Ia adalah sebuah produk sejarah atas pergulatan sosial, kultural, dan politik komunitas besar Nusantara berhadapan dengan penjajahan.
Maka, jika kita masih bersepakat dengan ke-Indonesiaan kita yang bineka, ia harus dirawat. Ia harus dihidupi dengan segala sikap yang memperkaya kemanusiaan bukan menghancurkannya. Perbedaan tidak selalu harus diaktualisasikan dan diakhiri dengan kebencian.
Jakarta adalah Indonesia kecil yang bineka itu. Perdebatan kita menjelang pilkada ini selayaknya adalah tentang bagaimana membangun kota yang kita diami. Bagaimana menjadikan kota ini beradab bagi warganya, memanusiawikan warga kotanya.
Yang dikontestasi adalah gagasan, program demi sebuah kemajuan, bukan topik-topik tradisional kampanye hitam yang memerkosa akal sehat kita.
Adakah yang lebih indah dari Indonesia yang satu, dunia yang satu, dunia yang menjadikan kita sebagai saudara dalam segala kebinekaan kita?
Kepada kaum penebar kebencian...
You may say I am a dreamer
but, I am not the only one
I hope someday you’ll join us
and the world would be as one
--John Lennon
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.