Agus (32), penumpang yang baru tiba dari Palembang pada pukul 13.05, sia-sia menanti taksi hingga 2 jam.
Tak ada kendaraan umum yang mau membawanya ke daerah Pejompongan, Jakarta Pusat, karena dekat dengan pusat demonstrasi.
”Saya tak tahu harus menunggu sampai kapan. Padahal, sudah ditunggu rekan bisnis di lokasi,” ujarnya, kemarin sore.
Tempat parkir taksi resmi di Bandara Halim Perdanakusuma yang sepi kemudian diisi mobil rental milik Pusat Koperasi TNI AU.
Ada delapan mobil jenis MPV berikut sopirnya berseragam putih dan berjajar di luar terminal kedatangan.
Penumpang yang terpaksa menggunakan mobil rental ini harus membayar lebih mahal daripada ongkos taksi konvensional.
Silvia (27), yang tiba dari Medan untuk menjenguk ibunya yang dirawat di RS Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, memilih mobil sewa ini karena semua taksi yang beroperasi menolak membawanya.
”Deal harga Rp 350.000. Kalau pakai argo taksi paling mahal hanya sekitar Rp 200.000,” ujar Silvia.
Kekacauan layanan angkutan umum ini berlanjut hingga petang hari saat pekerja di pusat Jakarta pulang kantor.
Devi (24), karyawati asal Cilandak, Jakarta Selatan, yang berkantor di Senayan, hampir satu jam menunggu bus kopaja yang biasa ditumpangi di Terminal Blok M.
Sampai akhirnya petugas terminal pada pukul 20.00 mengatakan tak ada kopaja yang masuk terminal.
Angga (25), sopir kopaja 19, mengatakan, bus yang ia kemudikan hanya melaju sampaiSenayan, tidak jalan terus hingga Blok M.
”Ini saja baru berani keluar. Koordinator kamibilang jangan sampai Blok M,” ujarnya.
http://kak.kaklik.com/editor/basket/add/1/1Angga mengatakan, dari siang hingga sore, ada enam unit kopaja yang dirusak dan pecah kacanya saat unjuk rasa berlangsung.
Oleh sebab itu, baru pukul 18.00 sebagian kopaja mulai keluar beroperasi lagi.