JAKARTA, KOMPAS — Pasca penertiban pedagang kaki lima dan parkir liar di kawasan Kota Tua, pengunjung merasa lebih nyaman dan leluasa bergerak di plaza Museum Sejarah Jakarta, Senin (12/9/2016). Pada libur Idul Adha ini, kawasan Kota Tua dipadati ribuan pengunjung.
Lokasi parkir dan pedagang kaki lima (PKL) kini dipusatkan di Jalan Cengkeh yang terletak di sebelah utara Museum Sejarah Jakarta. Pengunjung yang membawa mobil ataupun sepeda motor hanya perlu berjalan kaki sekitar 30 meter dari lokasi parkir ke plaza museum.
Nastiti (21), pengunjung dari Kramatjati, Jakarta Timur, merasa lebih nyaman dan leluasa di kawasan Kota Tua. Dulu, ia sering merasa sumpek karena banyak PKL dan seniman jalanan.
Ia kerap terganggu dengan pengamen saat duduk-duduk bersantai di plaza Museum Sejarah Jakarta. Kini, sebagian seniman jalanan hanya diperbolehkan menggelar pertunjukan di samping gedung Jasindo dan PT Pos Indonesia. Sebagian lagi memilih Jalan Lada atau di depan gedung Bank Indonesia.
”Bagus sih sekarang, jadi lebih leluasa kalau mau jalan-jalan ke mana-mana. Tetapi, sayang, dari arah Jalan Pintu Besar Utara (Bank Indonesia) masih ada beberapa PKL yang menutup jalan,” ujar Nastiti, Senin.
Nila Resti (21) juga mengatakan hal senada. Ia kini senang menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan sambil berfoto. Ketika seluruh museum di Kota Tua tutup di hari Senin, ia justru bisa lebih puas berkeliling kawasan bersejarah itu. ”Dulu, kalau ada pengamen harus ngasih dulu, kalau enggak digangguin,” ujarnya.
Minim informasi
Sementara gerobak PKL di Jalan Cengkeh juga dilengkapi tenda peneduh. Namun, pembeli masih sepi karena belum ada plang penunjuk ataupun informasi lokasi PKL Jalan Cengkeh itu. Sebagian PKL juga memenuhi Jalan Teh dan Jalan Kunir.
Kondisi itu juga dikeluhkan pengunjung. Mereka bahkan tidak tahu tempat relokasi PKL. Lokasi PKL resmi yang dulu berada di lorong virgin pun sudah ditutup dengan seng.
Selain itu, dua toilet portabel yang diletakkan di lokasi PKL Jalan Cengkeh juga bau pesing. Di toilet itu pun tidak tersedia air bersih untuk berbilas.
Ferry Hadi Mulyana, petugas piket Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua, menuturkan, pihak UPK Kota Tua sudah membuat strategi untuk meramaikan kawasan Jalan Cengkeh, antara lain dengan menampilkan band lokal dan komunitas setiap Jumat-Sabtu sampai Oktober. Pertunjukan itu diharapkan bisa menarik pengunjung untuk mengenal dan berkunjung ke Jalan Cengkeh.
”Ada panggung untuk pergelaran musik komunitas, kasidah, dan lain-lain setiap Jumat-Sabtu. Ini cara kami untuk membantu PKL dan UPT Perparkiran,” ungkap Ferry.
Menurut Ferry, UPK Kota Tua juga akan melaporkan keluhan-keluhan pengunjung mengenai Kota Tua kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Selama ini, UPK hanya berkoordinasi untuk menata kawasan Kota Tua. Eksekusi atas permasalahan-permasalahan di lokasi itu sepenuhnya ditangani oleh SKPD.
Taman kota
Keberadaan taman kota di Jakarta juga menjadi tujuan wisata di hari libur. Taman dipilih karena fasilitas yang tersedia cukup lengkap, mulai dari WI-FI gratis, jogging track, hingga arena bermain anak.
Salah satu taman yang cukup ramai dikunjungi saat akhir pekan lalu adalah Taman Suropati, Jakarta Pusat.
Dalilah (21) dan Ita (23), warga Cengkareng, Jakarta Barat, memilih taman kota untuk bersantai sembari membaca buku atau berfoto. Fasilitas WI-FI gratis dimanfaatkan untuk mengunggah foto ke laman media sosial mereka. Taman Suropati juga dipilih karena lokasi yang cukup strategis, dilewati bus transjakarta.
”Kami cuma dapat libur sehari. Jadi, sengaja cari tempat yang mudah dijangkau,” kata Dalilah, kemarin.
Taman kota juga menjadi pilihan wisata keluarga. Daerik (28) bersama istri, Rohima (29), dan anak, Rizqy (3), hampir setiap bulan mengunjungi Taman Menteng. Taman itu dipilih karena fasilitas yang beragam dan gratis. Fasilitas yang paling digemari adalah arena bermain anak yang terdiri dari berbagai jenis, seperti perosotan, ayunan, dan permainan ketangkasan lainnya.
”Wisata murah meriah. Selain itu, fasilitas di taman ini cocok untuk anak,” kata Rohima.
Meski tutup setiap Senin, kawasan di sekitar Monas tetap dipadati pengunjung. Hadi (35) memboyong sanak saudara dari Tangerang. Sayangnya, mereka tidak tahu bahwa Monas tutup setiap Senin. Karena itu, mereka hanya duduk di area taman sekitar Monas. (C05/DEA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 September 2016, di halaman 29 dengan judul "Pengunjung Kota Tua Merasa Nyaman".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.