Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putaran Roda KRL, Bonbon, hingga KfW

Kompas.com - 03/10/2016, 18:00 WIB

Dari hasil lobi komunitas pencinta kereta api ini, Bonbon diselamatkan. Tidak hanya dipulihkan bentuk fisiknya, Bonbon juga bisa berjalan lagi.

"Test run pertama tanggal 18 Juli 2012. Waktu itu, warna Bonbon masih abu-abu. Sekarang sudah dicat biru," kata Cahyo Harimurti yang juga penasihat IRPS.

Pada tubuh Bonbon tercetak tulisan ESS, singkatan dari Electrische Staats Spoorwegen, yang merupakan operator kereta listrik. Di bagian depan Bonbon ada dua lingkaran bertuliskan Westinghouse, perusahaan listrik Amerika. Perusahaan ini kemungkinan menyuplai sistem kelistrikan Bonbon.

Senior Manager Sarana PT KAI Daop I Irwansyah mengatakan, semua komponen gerak Bonbon masih asli, termasuk empat pasang roda yang berdiameter hampir 1 meter dan empat pasang lain yang lebih kecil. Hanya sistem kelistrikan, sistem pengereman, dan sistem kontrol yang dimodifikasi.

Jatuh-bangun

Tahun 1960-an adalah masa keterpurukan angkutan umum, termasuk kereta listrik. Harian Kompas tanggal 8 November 1966 menulis, pengangkutan kereta api jurusan Manggarai dan Kota dibatasi, bahkan kereta listrik dihapuskan sama sekali pada akhir 1965.

Biro Pusat Statistik mencatat, jumlah penumpang lokal yang dilayani PN Kereta Api (PNKA) tahun 1965 merosot 47 persen dibandingkan 1963. Tahun 1965, hanya 16.092 penumpang per hari yang memakai kereta lokal.

Baru tahun 1972, geliat kereta listrik mulai muncul lagi. Kompas, 16 Mei 1972, memberitakan bahwa PNKA memesan 10 set kereta listrik dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan Jakarta. Langkah ini untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum dan mengurangi kemacetan yang terasa saat itu.

Nyatanya, baru tahun 1976, KRL dan kereta rel diesel (KRD) dari Jepang tiba di Jakarta. Tiap rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dengan kapasitas angkut 134 penumpang per kereta. Pada tahun yang sama, pengoperasian lokomotif listrik dihentikan.

Adapun PNKA pada 1972 mematok target pengangkutan 1,6 juta penumpang per hari di tahun 1985 atau dalam kurun 13 tahun. Target ini tidak tercapai.

Kini, sejak tahun 2011, target pengangkutan justru direvisi menjadi 1,2 juta penumpang di tahun 2019. Adapun Oktober 2016, rata-rata 850.000 penumpang KRL per hari.

KRL Jepang

Saat ini, hampir semua KRL di Jabodetabek merupakan kereta yang dibeli bekas dari sejumlah operator di Jepang.

Beberapa seri KRL yang beroperasi saat ini adalah 205, 203, 8000, 7000, dan i9000. Seri i9000 yang kerap disebut KfW merupakan satu-satunya KRL buatan PT Industri Kereta Api. Sayangnya, beberapa unit KfW masih diperbaiki produsennya.

Vice President Komunikasi Perusahaan PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, pihaknya terus menambah jumlah kereta listrik. Tahun 2016 ada 60 KRL seri 6000 yang dibeli.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com