Dari hasil lobi komunitas pencinta kereta api ini, Bonbon diselamatkan. Tidak hanya dipulihkan bentuk fisiknya, Bonbon juga bisa berjalan lagi.
"Test run pertama tanggal 18 Juli 2012. Waktu itu, warna Bonbon masih abu-abu. Sekarang sudah dicat biru," kata Cahyo Harimurti yang juga penasihat IRPS.
Pada tubuh Bonbon tercetak tulisan ESS, singkatan dari Electrische Staats Spoorwegen, yang merupakan operator kereta listrik. Di bagian depan Bonbon ada dua lingkaran bertuliskan Westinghouse, perusahaan listrik Amerika. Perusahaan ini kemungkinan menyuplai sistem kelistrikan Bonbon.
Senior Manager Sarana PT KAI Daop I Irwansyah mengatakan, semua komponen gerak Bonbon masih asli, termasuk empat pasang roda yang berdiameter hampir 1 meter dan empat pasang lain yang lebih kecil. Hanya sistem kelistrikan, sistem pengereman, dan sistem kontrol yang dimodifikasi.
Jatuh-bangun
Tahun 1960-an adalah masa keterpurukan angkutan umum, termasuk kereta listrik. Harian Kompas tanggal 8 November 1966 menulis, pengangkutan kereta api jurusan Manggarai dan Kota dibatasi, bahkan kereta listrik dihapuskan sama sekali pada akhir 1965.
Biro Pusat Statistik mencatat, jumlah penumpang lokal yang dilayani PN Kereta Api (PNKA) tahun 1965 merosot 47 persen dibandingkan 1963. Tahun 1965, hanya 16.092 penumpang per hari yang memakai kereta lokal.
Baru tahun 1972, geliat kereta listrik mulai muncul lagi. Kompas, 16 Mei 1972, memberitakan bahwa PNKA memesan 10 set kereta listrik dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan Jakarta. Langkah ini untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum dan mengurangi kemacetan yang terasa saat itu.
Nyatanya, baru tahun 1976, KRL dan kereta rel diesel (KRD) dari Jepang tiba di Jakarta. Tiap rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dengan kapasitas angkut 134 penumpang per kereta. Pada tahun yang sama, pengoperasian lokomotif listrik dihentikan.
Adapun PNKA pada 1972 mematok target pengangkutan 1,6 juta penumpang per hari di tahun 1985 atau dalam kurun 13 tahun. Target ini tidak tercapai.
Kini, sejak tahun 2011, target pengangkutan justru direvisi menjadi 1,2 juta penumpang di tahun 2019. Adapun Oktober 2016, rata-rata 850.000 penumpang KRL per hari.
KRL Jepang
Saat ini, hampir semua KRL di Jabodetabek merupakan kereta yang dibeli bekas dari sejumlah operator di Jepang.
Beberapa seri KRL yang beroperasi saat ini adalah 205, 203, 8000, 7000, dan i9000. Seri i9000 yang kerap disebut KfW merupakan satu-satunya KRL buatan PT Industri Kereta Api. Sayangnya, beberapa unit KfW masih diperbaiki produsennya.
Vice President Komunikasi Perusahaan PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, pihaknya terus menambah jumlah kereta listrik. Tahun 2016 ada 60 KRL seri 6000 yang dibeli.