Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Go-Jek, Peningkatan Performa dan Unjuk Rasa Pengemudinya

Kompas.com - 04/10/2016, 07:49 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Aksi unjuk rasa pengemudi Go-Jek, di Kantor Go-Jek, Kemang, Jakarta Selatan, Senin (3/10/2016), sempat beberapa kali memanas bahkan nyaris terjadi bentrokan fisik.

Unjuk rasa tersebut merupakan salah satu unjuk rasa terbesar yang dilakukan pengemudi Go-Jek dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Rekan-rekan semua saya minta tetap tenang, jangan sampai merugikan. Kita semua di sini cari nafkah, untuk anak istri kata. Kalian butuh manajemen, manajemen juga bukan apa-apa tanpa kalian," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Tubagus Ade Hidayat saat berusaha menenangkan pengunjuk rasa.

(Baca: Jawaban Sementara PT Go-Jek terhadap Tuntutan Para Pengemudinya)

Para pengemudi Go-Jek berunjuk rasa karena kesal dengan kebijakan baru yang diterapkan manajemen dan dianggap merugikan, salah satunya soal aturan performa. Salah seorang pengemudi, Agus Haryadi (42), menjelaskan bahwa ia dan rekan-rekan sangat mengandalkan bonus sebagai pengemudi Go-Jek.

Namun, sistem performa dinilai mempersulit pengemudi Go-Jek mendapatkan bonus.

Untuk mendapatkan bonus sebesar Rp 140.000, pengemudi Go-Jek harus mendapat penilaian perfoma minimal 50 persen dan 50 poin. Pengemudi bisa meraih 2 poin jika menempuh minimal 10 kilometer perjalanan mengantar penumpang atau pesanan penumpang.

Penilaian performa dipengaruhi antara lain pengambilan dan pembatalan pesanan penumpang. Ketika sistem menyodorkan pesanan ke pengemudi dan tidak diambil, maka akan dikurangi poin performanya. Begitu pula jika sudah mengambil pesanan lalu membatalkan, maka performa akan dikurangi.

"Ada banyak alasan cancel seperti kejauhan, atau macet, akhirnya performa turun terus," kata Agus.

(Baca: Ini Alasan Manajemen Go-Jek Perketat Sistem Performa yang Diprotes Pengemudi )

Agus mengatakan, dia dan rekan sesama pengemudi tidak memahami aturan mengenai penurunan performa yang diterapkan manajemen Go-Jek. Menurut Agus, beberapa kali performa bisa turun hingga 50 persen tanpa alasan yang jelas.

Padahal, kata Agus, mendapatkan performa di atas 50 persen bukan perkara mudah. Selain tak dapat bonus, pemasukan sendiri juga sudah menurun ketika tarif perjalanan dipotong dari Rp 4.000 per kilometer menjadi Rp 2.000 per kilometer.

Manajemen Go-Jek menjelaskan bahwa sistem performa diberlakukan agar para pengemudi semangat untuk bekerja keras. Sebelum adanya aturan ini, manajemen Go-Jek mengaku banyak mendapat keluhan karena order yang tak selesai, pesanan penumpang tidak diambil, dan sebagainya.

Dengan sistem tersebut, pengemudi Go-Jek terancam terkena pemberhentian sepihak apabila tingkat penyelesaian order kurang dari 20 persen.

Merespons aturan tersebut, ratusan pengemudi Go-Jek menggelar unjuk rasa dari kantor Go-Jek di Kemang hingga ke Balai Kota DKI Jakarta. Pasalnya, CEO PT Go-Jek, Nadiem Makarim, tidak ada di tempat.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Megapolitan
Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Megapolitan
Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Megapolitan
Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Megapolitan
Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com