Namun, setelah pindah, Waras dan menantunya sempat kelimpunganselama delapan bulan sebelum akhirnya mereka bisa stabil berdagang di rusun. Itu juga setelah warga protes kepada pengelola rusun.
”Kami sempat mendapat penghasilan lebih dari satu juta sehari, lalu hilang karena pindah. Yang kerja di pabrik enak tidak hilang penghasilan. Kami yang awalnya berdagang mesti cari sendiri untuk bangkit,” ujar Waras yang mengakui memang lebih nyaman tinggal di rusun yang sekarang dengan semua fasilitas.
Eko, tetangga Waras, bahkan menganggur selama setahun karena tidak tahu hendak berkegiatan apa.
”Saya sempat putus asa sebelum akhirnya memutuskan berdagang sayuran di kompleks rusun,” ujar Eko.
Di tengah aneka persoalan yang membelit setelah relokasi ke rusun, anak-anak dan remaja seperti mendapat kesempatan mewujudkan mimpi mereka. Tentu dengan kerja keras.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Oktober 2016, di halaman 1 dengan judul "Kami Pun Boleh Bermimpi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.