Seingat Bagya, Sungai Ciliwung Lama pertama kali dilebarkan pada zaman Gubernur Ali Sadikin tahun 1970-an. Ciliwung Lama dilebarkan dari 5 m menjadi 25 m yang menyebabkan banyak rumah kena gusur.
Pada masa Ali Sadikin pula bantaran Ciliwung Lama dibuat tanggul dari batu. Lalu pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2003 dibuat tanggul permanen dan terus disempurnakan pada masa Presiden Joko Widodo.
Daud (55), warga RT 006 RW 006 Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat, yang tinggal di pinggir Ciliwung Lama, mengatakan, sejak dahulu aliran air Ciliwung Lama memang kecil. Namun, pada 1980-an, airnya masih bisa dipakai mandi.
"Pernah (Ciliwung Lama) banjir besar tahun 2002, 2005, dan 2007. Mobil saya terseret banjir. Setelah banjir, mobilnya saya potong-potong, lalu dijual," kata Daud, pemilik bengkel mobil.
Menyusuri Kali Ciliwung Lama akan menemukan perkampungan khas Jakarta dengan rumah-rumah yang berimpitan dan dihuni kaum urban, kontras dengan rumah-rumah gedong dan gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya.
Ada permukiman yang memang digunakan sebagai tempat tinggal. Namun, tak sedikit pula yang digunakan sebagai tempat berteduh selama berdagang di Jakarta, dengan gerobak dan sepeda yang terparkir di depan rumah.
Sebelum jalan inspeksi Kali Ciliwung Lama terhubung hingga sekitar 2012, agak sulit menjangkau perkampungan di sepanjang kali itu. Namun, setelah jalan inspeksi itu dibangun di beberapa ruas, seperti di samping Toko Buku Gunung Agung di Kwitang, perkampungan itu lebih mudah dijangkau.
Kegiatan pertanian
Di kawasan Cikini, pemandangan di bantaran Kali Ciliwung Lama tak melulu permukiman padat, tetapi juga pemandangan hijau berupa pertanian yang dijalankan Kelompok Tani Sehati di RT 017 RW 003, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Kelompok tani yang beranggotakan 15 orang itu menanam sayur dengan polybag. Sayuran yang ditanam di antaranya kacang panjang, terung, bayam merah, dan selada. Pengurus sekaligus perintis kelompok tani itu, Yani Sumarni (56), mengungkapkan, pertanian kota itu dia rintis sejak Kali Ciliwung dialiri air, tepatnya pada 2015. Dengan air kali itu pula dia menyiram sayurannya.
"Sejak Kali Ciliwung Lama ini dialiri air, saya berinisiatif bertani. Aliran air kali itu menjadi sumber kami untuk menyirami tanaman," ujarnya.
Dari kegiatan itu, Yani bisa memperoleh sayuran untuk konsumsi keluarga dan warga di sekitarnya. Pernah pula saat panen lebih dari 2 kg cabai rawit, dia menjual hasil panennya itu Rp 50.000 per kg.
"Saat itu harga cabai rawit sedang tinggi. Lumayan hasilnya," katanya.
Kendati belum mendatangkan keuntungan pasti, Kelompok Tani Sehati mampu memenuhi kebutuhan pangan sayur secara mandiri. Belakangan kelompok tani itu memperoleh bantuan Rp 8 juta dari Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI untuk membangun rumah bibit dan menambah bibit sayur.
Akhir Agustus, aliran Sungai Ciliwung Lama mengalir perlahan. Sampah masih banyak tersebar di sepanjang sungai meski tidak sampai menutupi permukaannya. Berkat aneka tanaman di tanggul dan sungai yang lumayan bersih, Ciliwung Lama jadi segar dipandang. Ciliwung Lama kini hidup kembali.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Oktober 2016, di halaman 27 dengan judul "Ciliwung Lama yang Hidup Kembali".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.