Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Bantar Sungai Ciliwung Pun Ikut Ceria

Kompas.com - 02/11/2016, 16:00 WIB

Oleh: Harry Susilo/Madina Nusrat/Wisnu Aji D

Ismania (10) bergegas masuk ke ”lapangan hijau”. Lincah kaki siswi kelas V SD itu merebut bola dari penguasaan temannya yang mayoritas laki-laki. Di bantaran yang menjadi penjaga Sungai Ciliwung itu, para bocah ini mendapatkan tempat bermain.

Berlokasi di Pejaten Timur, Jakarta Selatan, anak-anak itu bermain sekehendak hati meskipun tetap menjaga agar tak mencederai teman. Satu tujuan mereka, memasukkan bola ke gawang. Ada yang asal tendang, ada yang memang lincah mengendalikan bola, tetapi ada juga yang asal ikut merebut bola seperti Ismania.

”Namanya juga mainan,” kata Ismania sambil tertawa dan ngeloyor keluar arena permainan bola yang hanya berukuran seperempat dari lapangan futsal, akhir Agustus lalu.

Keceriaan anak-anak ini membuat penonton sesaat lupa bahwa kejadian itu berlangsung di Jakarta. Apalagi di kanan dan kiri, bahkan bantaran di seberangnya, masih hijau oleh pepohonan. Area bantaran pun terjaga dari hunian, dengan lebar 8 meter sampai 10 meter.

Sebelumnya, tempat bermain itu adalah tempat penimbunan sampah liar. Sejak petugas kebersihan Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta digerakkan tiga tahun lalu, tempat itu dibersihkan dari timbunan sampah dan alang-alang sehingga menjadi ruang terbuka untuk bermain anak-anak.

Tempat bermain itu juga dikelilingi jaring untuk menahan bola agar tak tercebur ke sungai. Anak-anak tak perlu mengejar bola ke sungai karena berbahaya bagi keselamatan mereka. Di sekitar lapangan bola mini itu juga terpasang perosotan dan ayunan. Beberapa komponen seperti tiang penyangga ayunan, terbuat dari barang bekas, termasuk dari sampah Sungai Ciliwung yang diangkut petugas kebersihan.

Ironi bantaran

Untuk menjangkau bantaran di Pejaten Timur itu tak mudah. Aksesnya hanya berupa gang sempit berkelok-kelok yang cukup dilalui satu sepeda motor. Sepanjang gang dipadati permukiman penduduk sehingga menghalangi pandangan langsung ke bantaran sungai. Hanya saat menyusuri Sungai Ciliwung memakai perahu karet, pemandangan anak-anak yang bermain sepak bola itu terlihat jelas.

Ini adalah ironi yang dihadapi hampir setiap sungai di Jakarta. Ibu kota yang dilewati 13 sungai ini justru kesulitan menghadirkan wujud fisik sungai. Di kota ini, lebih mudah menyaksikan gedung bertingkat, jalan layang, dan pusat perbelanjaan. Sungai lebih lekat sebagai penyebab banjir dan kerap dipunggungi.

”Ini ironi kita. Punya banyak sungai, tetapi sulit untuk melihatnya,” kata Royani (62), pelestari Sungai Ciliwung yang juga Ketua Gerakan Masyarakat Bersih Sungai Ciliwung (Gema Bersuci) di Jakarta Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com