Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda "Si Embak" di Tengah Kegalauan Warga Kota

Kompas.com - 30/12/2016, 16:00 WIB

Saking sulitnya mencari pembantu, orang rela membayar mahal. Tyas Ayu Rosanti (29), ibu rumah tangga dengan dua anak balita yang tinggal di Gading Serpong, Tangerang, mengeluarkan sekitar Rp 4 juta sebulan untuk dua pembantu. Satu pembantu yang menginap bertugas mengurus anak keduanya yang berusia 1,5 tahun. Pembantu kedua, yang datang pagi dan pulang sore, mengurus pekerjaan rumah tangga.

Untuk pembantu pertama, ia membayar gaji Rp 2,25 juta sebulan, lebih tinggi daripada gaji rata-rata di kompleks perumahannya sekitar Rp 1,6 juta-Rp 1,8 juta.

Ia juga menuruti syarat tambahan sang embak asal Lampung itu, kenaikan upah tiap tiga bulan dan pulang kampung tiga bulan sekali.

"Saya juga diomelin teman-teman karena katanya merusak pasaran, tapi, ya, bagaimana lagi, sudah cocok," kata Tyas yang banyak beraktivitas di Jakarta itu.

Menurut pengelola lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja PT Dani Mandiri, Sela Aprilia, permintaan pembantu di Jakarta dan sekitarnya meningkat sekitar 30 persen daripada tahun lalu. Tiap hari rata-rata ada permintaan 10-15 orang di salah satu kantornya di Jakarta Selatan, padahal tenaga yang tersedia hanya 1-2 orang. Bahkan pernah tak ada sama sekali.

Para perekrut di berbagai pelosok perdesaan sampai harus merayu agar orang mau bekerja. Daerah pencarian pembantu antara lain di Jateng, Jatim, dan Lampung.

"Orang sekarang milih kerja rumah tangga di luar negeri sekalian karena gaji lebih tinggi," kata Aprilia.

Wati Setyo (30), warga Kemanggisan asal Solo, menolak tawaran bekerja menjadi pembantu dan lebih memilih bekerja di usaha rumahan batik konfeksi meskipun, ia mengakui, pendapatan menjadi pembantu mungkin lebih besar. "Kalau kerja rumah tangga itu berat, seharian terikat dengan orang lain," kata lulusan SMK itu.

Tak mandiri

Peneliti lapangan di Pusat Kajian Antropologi Universitas Indonesia, Haryono, mengatakan, tingginya ketergantungan Jakarta pada pembantu ini kait-mengait dengan masalah kota hingga gaya hidup. Bagi pasangan bekerja di Jakarta, pembantu menjadi kebutuhan.

Rendahnya minat menjadi pekerja rumah tangga disebabkan, antara lain, oleh gengsi, makin tingginya kesadaran akan konsep hak, bertambahnya pilihan kerja, upah tak memadai, dan tingginya risiko.

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Robertus Robet, menambahkan, ketergantungan pada pembantu juga terkait status sosial seseorang dan ciri masyarakat tak mandiri. Kentalnya kultur feodal di Indonesia dipandang ikut berperan pada ketergantungan ini. Selain itu, kelas menengah di Indonesia secara sosial politik memang bukan kelas menengah yang mandiri dan teguh, masih butuh bantuan pembantu.

Tingginya ketergantungan pada pembantu dinilai belum diiringi perhatian layak pada para embak itu. Koordinator Nasional Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) Lita Anggraini mengatakan, RUU Pekerja Rumah Tangga yang sudah dibahas 12 tahun belum ada kejelasan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Desember 2016, di halaman 1 dengan judul "Legenda "Si Embak" di Tengah Kegalauan Warga Kota".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Pencuri Sepeda Motor di Bogor Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Pencuri Sepeda Motor di Bogor Ditembak Polisi

Megapolitan
Libatkan Selebgram, Polresta Bogor Bentuk Tim Khusus untuk Berantas Judi Online

Libatkan Selebgram, Polresta Bogor Bentuk Tim Khusus untuk Berantas Judi Online

Megapolitan
Melebihi Target, Program Khitan Massal PAM Jaya Diikuti 521 Anak dari Wilayah Jakarta

Melebihi Target, Program Khitan Massal PAM Jaya Diikuti 521 Anak dari Wilayah Jakarta

Megapolitan
Polda Metro Jaya Ambil Alih Seluruh Laporan Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Polda Metro Jaya Ambil Alih Seluruh Laporan Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Polisi: Kakak-Adik di Jaktim Rencanakan Pembunuhan Pedagang Perabot

Polisi: Kakak-Adik di Jaktim Rencanakan Pembunuhan Pedagang Perabot

Megapolitan
Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku dan Tetangga Sempat Mencegah

Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku dan Tetangga Sempat Mencegah

Megapolitan
Heru Budi Kembalikan Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR ke Tempat yang Layak

Heru Budi Kembalikan Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR ke Tempat yang Layak

Megapolitan
Dishub Jaksel Terus Tertibkan Jukir Liar di Minimarket

Dishub Jaksel Terus Tertibkan Jukir Liar di Minimarket

Megapolitan
Enam Kios di Belakang Terminal Kampung Rambutan Terbakar, Diduga akibat Kebocoran Gas

Enam Kios di Belakang Terminal Kampung Rambutan Terbakar, Diduga akibat Kebocoran Gas

Megapolitan
Meski Sulit Cari Uang, Sopir Bajaj di Grogol Percaya Pendidikan Investasi Terbaik untuk Anak

Meski Sulit Cari Uang, Sopir Bajaj di Grogol Percaya Pendidikan Investasi Terbaik untuk Anak

Megapolitan
Motif Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Bunuh Ayahnya Sendiri, Sering Dipukuli dan Tak Diberi Makan

Motif Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Bunuh Ayahnya Sendiri, Sering Dipukuli dan Tak Diberi Makan

Megapolitan
Bawaslu DKI Mulai Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta 2024

Bawaslu DKI Mulai Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
16 Bangunan Terdampak Kebakaran di Kampung Bali Tanah Abang, Sebagian Korban Cari Kontrakan

16 Bangunan Terdampak Kebakaran di Kampung Bali Tanah Abang, Sebagian Korban Cari Kontrakan

Megapolitan
840 Petugas Bersihkan Monas Usai Perayaan HUT Bhayangkara

840 Petugas Bersihkan Monas Usai Perayaan HUT Bhayangkara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com