Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikeluhkan, Sistem Pembayaran Aplikasi Uber Menggunakan Kartu Kredit

Kompas.com - 06/03/2017, 16:53 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemesan layanan transportasi berbasis aplikasi Uber, Farid, mengeluhkan tagihan yang tidak sesuai dengan tarif yang tertera pada biaya perjalanan pesanannya. Tarif yang tertera adalah Rp 10.000, sedangkan tagihan yang dikirim via e-mail sebesar Rp 134.500.

"Jadi awalnya saya pesan Uber mobil untuk adik saya dengan jarak dekat karena waktu itu sedang hujan. Dan sudah sampai seperti biasa harga normal Rp 10.000, tapi adik saya beri 15.000, sebagian untuk tips," kata Farid kepada Kompas.com, Senin (6/3/2017).

Peristiwa itu terjadi pada 19 Februari 2017 lalu. Metode pembayaran dilakukan dengan pilihan cash atau uang tunai. Namun, tidak beberapa lama, Farid menerima e-mail bertuliskan total tagihan biaya perjalanan sebesar Rp 134.500.

Dia pun khawatir tagihan itu terpotong secara otomatis karena beberapa kali memesan layanan Uber menggunakan kartu kredit.

"Bagi saya sih tidak rugi karena tak membayar. Tapi saya jadi khawatir ke depannya kalau pesan terus pakai kartu kredit," tutur Farid.

Saat dikonfirmasi secara terpisah, Head of Communications Uber Indonesia Dian Safitri menyebut pihaknya telah mengecek hal tersebut dan mendapati kesalahan ada pada mitra pengemudi.

"Pihak pengemudi tidak melakukan pengakhiran perjalanan sebagaimana mestinya. Kami pastikan bahwa tidak ada penagihan ke kartu kredit Mas Farid," tutur Dian. (Baca: Uber Jelaskan Alasan Pemutusan Kemitraan dengan "Driver"-nya)

Peristiwa serupa juga sempat diceritakan pemilik akun Facebook bernama Pia Alamudi. Pia menceritakan, dia memesan layanan Uber dari kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, menuju gedung Metro TV dan dikenakan tarif sebesar Rp 1.804.000.

Menurut Dian, kasus yang dialami Pia terjadi karena lokasi Metro TV yang dimaksud bukan yang berada di Jakarta Barat, melainkan di Umbulharjo, Yogyakarta. Pia membatalkan pesanannya dan diharuskan membayar biaya pembatalan sebesar Rp 10.000.

"Kami telah menghubungi penumpang yang bersangkutan untuk menjelaskan dan mengembalikan biaya pembatalan. Kami juga sarankan kepada pengguna untuk selalu mengecek kembali akurasi lokasi penjemputan dan tujuan," ujar Dian.

Kompas TV Ramainya Rekruitmen Pengemudi Uber
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com