Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Sentot yang Bawa Kabur Transjakarta dan Dugaan Gangguan Jiwa

Kompas.com - 08/08/2017, 12:03 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sentot Setiadi hanya menangis ketika ditanya alasannya membawa kabur bus Transjakarta dari pul di Ciracas, Jakarta Timur hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Saat diperiksa polisi, Sentot mengaku membawa bus tersebut karena ingin menjemput anak-anak sekolah.

"Pengin jemput anak sekolah, pakai bus Transjakarta," jawab Sentot sambil menangis.

Sentot adalah sopir Transjakarta milik operator PT Mayasari. Manajer PT Mayasari Bakti Daryono mengatakan, saat melarikan bus pada Selasa (25/7/2017), Sentot masih dalam posisi skorsing karena tindakan indisipliner sejak April 2017.

Sampai saat ini kepolisian belum menemukan motif Sentot membawa kabur bus tersebut. Sentot linglung dan limbung setiap kali ditanya polisi.

Meski demikian, Sentot telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pencurian. Dia terbukti membawa kabur bus Transjakarta dengan mengelabui petugas jaga di pul bus.

Sentot tidak menunjukkan surat perintah jalan (SPJ) saat membawa bus keluar dari pul karena mengaku sedang terburu-buru ingin menjemput anak sekolah. Petugas yang berjaga saat itu akhirnya mengizinkan Sentot membawa bus itu keluar.

"Cara bawa lari busnya ya saya bilang buru-buru mau jemput anak sekolah ke sekuriti karena disuruh pemerintah. Terus berhasil keluar," kata Sentot.

Baca: Sentot Hanya Menangis saat Ditanya Alasan Mencuri Bus Transjakarta

Hilangnya bus Transjakarta itu diketahui pada Rabu (26/7/2017) saat dilakukan pengecekan. Belakangan diketahui, Sentot rupanya mematikan OPU (alat sejenis global positioning system-GPS) di dalam mobil agar bus yang dia kemudikan tidak bisa dideteksi keberadaannya.

Dengan bantuan PT Transjakarta, bus itu terdeteksi berada di sekitar Pekalongan. PT Mayasari Bakti langsung menghubungi Polda Jawa Tengah dan Polda Jawa Timur untuk mengejar bus yang dicuri. Hingga akhirnya Sentot ditangkap dan dibawa kembali ke Jakarta.

Dugaan gangguan jiwa

Polisi kemudian membawa Sentot ke RS Polri untuk diperiksa kejiwaannya pada Selasa (1/8/2017) dan Rabu (2/8/2017).

Sentot diduga mengalami gangguan jiwa karena sebelumnya dia juga mengaku mendapat bisikan. Hal itu membuat Sentot tidak sadar membawa bus tersebut hingga ke Pekalongan tanpa membawa uang sepersen pun.

Kapolsek Ciracas, Jakarta Timur, Kompol Tuti Aini mengungkapkan, hingga kini belum diketahui hasil tes kejiwaan Sentot. Ia juga mengaku tidak tahu pasti kapan hasil tes kejiwaan Sentot dikeluarkan pihak rumah sakit.

"Belum keluar (hasil tes kejiwaan)," kata Tuti saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (7/8/2017).

Baca: Bawa Kabur Bus Transjakarta, Sentot Mengaku Dapat Bisikan

Kapolisian juga kesulitan mengetahui riwayat kesehatan Sentot karena belum ada keluarga yang menjenguk. Keluarga Sentot di Kebumen, Jawa Tengah, diketahui sudah meninggal dunia. Sementara itu, Sentot mengaku sudah ditinggal istrinya menikah lagi.

Bila terbukti mengalami gangguan jiwa, polisi akan menghetikan proses hukum tehadap Sentot.

Adapun mengenai dugaan gangguan jiwa yang dialami Sentot, dokter spesialis kedokteran jiwa, Andri, mengatakan seseorang yang jiwanya terganggu memang bisa melakukan sesuatu di luar kendalinya.

"Pada pasien yang mengalami gangguan halusinasi dengar biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia. Memang perlu pemeriksaan kejiwaan," kata Andri.

Bisikan bisa berupa melakukan kekerasan hingga melakukan hal yang tidak wajar seperti yang dilakukan Sentot.

Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Bagus Utomo mencontohkan, pernah ada kasus pasien gangguan Bipolar yang mengaku mendapat bisikan untuk berjalan kaki ke luar kota.

Hal senada dikatakan dokter spesialis kedokteran jiwa, Tika Prasetiawati. Menurut Tika, untuk memastikan apakah Sentot benar mengalami gangguan jiwa, perlu pemeriksaan mendalam.

"Yang jelas, seperti itu (mendapat bisikan) gejala psikotik. Kalau gangguannya apa memang perlu pemeriksaan dulu," kata Tika.

Menurut Tika Prasetiawati, belajar dari kasus Sentot, maka diperlukan pemeriksaan sehat jiwa untuk profesi yang melayani masyarakat. Hal ini juga menyangkut keselamatan si pekerja itu sendiri jika diketahui mengalami masalah kejiwaan.

Kompas TV Bang Yos adalah TransJakarta yang beroperasi sejak 15 Januari 2004
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com