Yono menyampaikan, dari hasil menjahit, dia bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penghasilan Yono sebagai penjahit tak menentu. Dalam sehari, rata-rata ada sekitar 8-10 pelanggan yang datang untuk menjahit pakaian mereka yang robek.
Sekali menjahit Yono diupah sekitar Rp 15.000 hingga Rp 30.000 tergantung banyaknya pakaian.
"Mau banyak mau dikit yang pasti tetap bersyukur. Rejeki ada di Tangan tuhan," kata Yono.
Baca: Tekun Mencicil dari Gaji Rp 350.000, Kakek Penjaga Masjid Naik Haji
Selain bisa menyekolahkan keempat anaknya, dari hasil keringatnya itu Yono menyisihkan uang sedikit demi sedikit.
Uang yang dikumpulkannya itu digunakan untuk mewujudkan keinginannya menunaikan ibadah haji.
Uang tabungannya selama bertahun-tahun itu dibelikannya sebidang tanah di kampung halamannya Kebumen, Jawa Tengah.
Beberapa tahun lalu, tanah tersebut dia jual dan hasil penjualannya digunakan untuk menunaikan ibadah haji.
Yono mendaftarkan diri untuk berangkat haji pada 2014 dan rencananya dia akan menuju ke Tanah Suci pada 2019.
Yono meyampaikan, niatnya untuk berangkat haji sudah terpikirkan sejak 2002 atau sebelum sang istri, Siti Siswayati meninggal dunia.
Namun, karena saat itu keempat anaknya masih kecil, maka almarhum istrinya mengurungkan niat untuk berangkat haji.
Baca: Menabung Rp 10.000 Tiap Hari, Nenek Penjual Bubur Ini Naik Haji
Pada 2011, Siti meninggal karena penyakit maag akut. Meski tak bisa bersama dengan istrinya menunaikan ibadah haji, Yono akan membawa doa-doa dan harapan sang istri ke Tanah Suci.
"Inginnya pergi sama istri, eh dianya sudah berpulang. Saya selalu berdoa untuk dia," ujar Yono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.