Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Lukisan dan Warna Patung Menembus Batas di Kalijodo

Kompas.com - 01/10/2017, 06:34 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat segmen pecahan Tembok Berlin yang kemudian diberi nama "Patung Menembus Batas" telah terpasang di antara Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo sejak Selasa (26/9/2017).

Pecahan Tembok Berlin lengkap dengan belasan patung berbahan baja semakin dipercantik lampu-lampu taman.

Patung Menembus Batas dilukis grafiti dengan warna-warni yang sedap dipandang, dan gambar serta tulisan yang terlihat jelas.

Pecahan Tembok Berlin itu dilukis oleh Teguh Ostenrik, seniman sekaligus pemilik pecahan tembok tersebut.

Menurut Teguh, lukisan yang tergambar dalam Patung Menembus Batas bukanlah lukisan asli saat dia membelinya dari Jerman puluhan tahun lalu.

Sejumlah pekerja melakukan pemasangan batu pecahan tembok berlin di kawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta Barat, Selasa (26/9/3017). Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas terdiri dari empat pecahan tembok Berlin dan 14 patung baja hasil karya dari seniman Teguh Osternik.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Sejumlah pekerja melakukan pemasangan batu pecahan tembok berlin di kawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta Barat, Selasa (26/9/3017). Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas terdiri dari empat pecahan tembok Berlin dan 14 patung baja hasil karya dari seniman Teguh Osternik.

"Itu grafiti semuanya saya yang lukis lagi. Memang dulu waktu beli Tembok Berlinnya sengaja pilih yang polos," ujar Teguh, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/9/2017).

(baca: Perjalanan Panjang "Patung Menembus Batas" hingga Temukan Kalijodo...)

Dia mengatakan, segmen tembok polos sengaja dipilih dengan pertimbangan harga jauh lebih murah dibandingkan segmen tembok yang telah dihiasi grafiti.

"Dulu saya bayar DM 18.000 untuk 4 Segmen. Padahal orang-orang Jepang, Amerika pada berebut beli dinding yang masih ada grafitinya seharga DM 60.000-90.000 per segmen," kata Teguh.

DM atau Deutsche Mark merupakan mata uang resmi Jerman Barat. Saat itu, DM1 memiliki nilai tukar sekitar Rp 9.000. Jadi, jika dirupiahkan, saat itu Teguh membayar sekitar Rp 162 juta untuk keempat segmen batu pecahan Tembok Berlinnya.

"Saya kan juga majornya seni lukis. Dan di tahun 1976 sampai awal 1980-an saya masih sering bikin gtafiti di Tembok Berlin," ucap Teguh.

Seniman Teguh Ostenrik berpose didepan batu pecahan tembok berlin di kawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta Barat, Selasa (26/9/3017). Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas terdiri dari empat pecahan tembok Berlin dan 14 patung baja hasil karya dari seniman Teguh Ostenrik.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Seniman Teguh Ostenrik berpose didepan batu pecahan tembok berlin di kawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta Barat, Selasa (26/9/3017). Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas terdiri dari empat pecahan tembok Berlin dan 14 patung baja hasil karya dari seniman Teguh Ostenrik.

(baca: Pendekatan Budaya Bisa Menembus "Tembok Berlin")

Teguh mengaku tidak sembarangan dalam melukis pecahan Tembok Berlin tersebut.

"Memang saya riset, cari bentuk-bentuk grafiti dan fonts (bentuk huruf) zaman tahun 1970-an. Kata-katanya juga banyak saya comot dari sajak-sajak Reiner Maria Rilke," ungkapnya.

Saat ini, nilai jual pecahan Tembok Berlin tersebut telah meningkat. Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, nilai batu dari Tembok Berlin tersebut mencapai 1 juta Euro atau Rp 15,58 miliar per potongnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com