Beda Nasib
Nasib berbeda dialami tukang ojek sepeda di sekitaran Stasiun Jakarta Kota. Barisan sepeda kayuh tua terlihat di sisi depan stasiun. Mereka sudah mangkal di situ sejak puluhan tahun lalu.
Kini mereka harus bersaing dengan pengemudi ojek online yang menggunakan sepeda motor. Keberadaan ojek online yang semakin menjamur telah membuat jumlah penumpang ojek sepeda di kawasan itu menurun drastis.
Lihat juga: Eksistensi Ojek Sepeda Kota Tua di Tengah Menjamurnya Ojek Online
"Ya kami maklum sebenarnya, kan ojek online itu murah, cepat dan sudah gampang kan orang pesannys. Ojek sepeda enggak bisa narik terlalu jauh," kata salah satu tukang ojek sepeda, Samto.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penataan dan Pengembangan Kota Tua, Norviadi Setio mengatakan, keberadaan ojek sepeda di luar kawasan Museum Fatahillah bukan merupakan tanggung jawabnya.
"Kalau ojek sepeda di luar Fatahillah itu kan tidak di dalam pembinaan kami. Kami sedang usulkan ke pihak-pihak terkait agar mereka lebih tertata. Misal ada kostum yang rapi dan titak melawan arus lalu lintas dan sebagainya," kata dia.
Ia menilai tak semua ojek sepeda dapat dijadikan sebagai ojek sepeda wisata mengingat kawasan Museum Fatahillah tak terlalu luas.
"Kalau kebanyakan ojek sepeda kan juga tidak bisa. Di Fatahillah juga ada komunitasnya, makanya kami sedang pikirkan juga hal ini. Pelanggan mereka juga sudah semakin berkurang soalnya," kata dia.
Dalam lima tahun terakhir, wajah Kota Tua terus dipercantik. Penataan dilakukan di berbagai sisi. Nasib tukang ojek sepeda wisata tampaknya membaik. Ojek sepeda biasa nasibnya masih merana.