Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkapnya Penganiayaan Ibu kepada Anaknya hingga Meninggal di Bekasi

Kompas.com - 08/02/2018, 07:58 WIB
Setyo Adi Nugroho,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com Warga Bekasi dikejutkan dengan kematian balita WW (14 bulan), warga kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi, Minggu (4/2/2018). Tubuh WW nampak banyak luka lebam di sekujur tubuhnya, mulai dari kepala hingga lengan.

Susi Librianthy (48) dan Zastria Tini (42), dua kader posyandu Bekasi Jaya yang hendak melayat ke rumah duka, merasa ada yang tidak benar dengan kematian korban.

Keduanya juga mendapat laporan dari para tetangga yang mencurigai kondisi korban.

Baca juga: SK, Ibu yang Aniaya Anaknya hingga Tewas, Ditetapkan Tersangka

Keduanya lalu membuat laporan ke pihak kepolisian untuk membantu proses identifikasi. Meski demikian, di sisi lain, pihak keluarga WW sempat menolak identifikasi karena sudah mengikhlaskan kepergian anak pasangan AI (25) dan SK (27) tersebut.

Kepolisian pun datang dan melakukan visum terhadap WW.

Akhirnya didapatkan penyebab kematian WW, luka pada otak, dan lambung korban karena benda tumpul. Luka ini yang membuat badan WW panas dan meninggal dunia.

Baca juga: SK, Ibu yang Siksa Anaknya hingga Tewas, Akan Diperiksa Kejiwaannya

"Dari hasil penyidikan, didapati ibu korban, SK, yang melakukan tindak kekerasan. Dia melakukannya karena kesal terhadap suaminya yang jarang memberikan nafkah dan menjadikan anaknya pelampiasan," ucap Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Indarto, Senin (5/2/2018).

Akibat tindakannya, SK dijerat Pasal 80 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ia diancam dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Perhatian KPAI dan psikolog

Ketua KPAI Kota Bekasi Moh. Syahroni berharap kasus balita WW (14 bulan) dapat diproses hukum dan pelaku SK (27) orang tua korban mendapatkan hukuman terberatKompas.com/Setyo Adi Ketua KPAI Kota Bekasi Moh. Syahroni berharap kasus balita WW (14 bulan) dapat diproses hukum dan pelaku SK (27) orang tua korban mendapatkan hukuman terberat
Kasus WW ini mendapat perhatian KPAI Kota Bekasi yang membawa tim psikologi guna memeriksa kejiwaan SK. KPAI akan mengawal proses hukum yang menimpa tersangka sampai tuntas.

"Kami harap pihak kepolisian terus memproses hukum sesuai yang berlaku, jangan sampai karena tersangka orang tua korban, lepas dari proses hukum. Kami berharap tersangka mendapatkan hukuman maksimal agar menjadi pembelajaran," ujar Ketua KPAI Bekasi Kota Moh Syahroni.

Tim psikologi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bekasi mengungkapkan kejiwaan pelaku normal.

Namun, masih perlu penanganan lebih lanjut karena tindakan pelaku yang dinilai sadis.

Baca juga: Psikolog Akan Ungkap Kondisi Kejiwaan SK yang Aniaya Anaknya Sendiri

Saat pertama bertemu dengan tim psikolog, SK tidak menunjukkan penyesalan sama sekali. Pelaku menceritakan, dirinya tidak pernah dihargai, tidak diberikan uang untuk hidup oleh sang suami.

Akhirnya, WW yang menjadi tempat pelampiasan.

Namun, di akhir-akhir pemeriksaan, SK mengaku menyesal dan terus menangis.

Syahroni berharap kasus serupa tidak terulang lagi di Indonesia. Hukuman maksimal pantas diterima karena pelaku merupakan orang yang seharusnya melindungi korban.

Kompas TV Seusai diotopsi di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta, jenazah anak balita, Minggu (4/2) malam dibawa ke rumah duka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com