JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak Desember 2017, Pemprov DKI Jakarta menutup Jalan Jatibaru Raya di Tanah Abang, Jakarta Pusat demi memfasilitasi pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di trotoar. PKL diberikan tenda gratis untuk berdagang di badan jalan itu.
Pada awal penutupan jalan, angkot yang biasa beroperasi di Tanah Abang tidak diizinkan untuk melintas di satu sisi jalan yang dibuka. Yang boleh melintas hanya bus-bus transjakarta.
Penutupan jalan itu telah mempengaruhi pendapatan PKL maupun sopir angkot di kawasan tersebut.
Baca juga : 100 Hari Anies-Sandi: Efek Domino Membahagiakan PKL Tanah Abang
Firdaus, pedagang pakaian di kawasan Jatibaru, mengatakan sulit baginya membua rata-rata penghasilannya setiap sehari. Kadang-kadang, penghasilan kotornya sehari Rp 500.000, kadang-kadang hanya Rp 150.000.
Laris tidaknya penjualan tergantung hari. Kata dia, biasanya pembeli ramai berdatangan pada Sabtu dan Minggu.
Menurut dia, sebenarnya tidak ada perbedaan antara berjualan di trotoar dan di lokasi yang saat ini disedian Pemprov DKI.
"Yah kotornya Rp 500.000, kalau bersihnya Rp 150.000 sampai Rp 200.000. Kalau dibanding dulu ya sama aja, tergantung hari saja," kata Firdaus kepada Kompas.com di Jalan Jatibaru Raya, Rabu (28/2/2018).
Hal senada disampaikan Robby. Ia mengatakan penjualan dalam sehari mencapai Rp 500.000 hingga Rp 600.000. Omzet seperti itu sama saja seperti saat dia berjualan di trotoar.
Yang membedakan, kata Robby, dia dan pedagang lainnya tak perlu kucing-kucingan dengan Satpol PP. Saat masih berjualan di trotoar, Robby dan PKL lainnya biasanya tidak tenang berjualan karena takut barang dagangannya diamankan petugas Satpol PP.
"Sama aja sih penghasilannya. Bedanya enggak perlu kucing-kucingan dengan trantip," ujar Robby.
Irwan, PKL di lokasi yang sama mengatakan, omzet penjualan dalam sehari mencapai sekitar Rp 400.000.
"Sekitar Rp 400.000-an, kalau kotornya. Kalau bersih ya kurang dari itu. Kalau di sini tenda sih ke Pemprov DKI, enggak bayar," ujar Irwan.
Bagaimana dengan pendapatan para sopir angkot?
Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukan, jumlah angkot yang beroperasi di Tanah Abang 1.355 unit unit. Para sopir angkot itu beberapa kali berunjuk rasa, bahkan mogok operasi, saat Jalan Jatibaru ditutup buat mereka.
Baca juga : Desakan Sopir Angkot Tanah Abang Membuahkan Hasil...
Pemrov DKI akhirnya memutuskan untuk mengizinkan para sopir angkot melintas pada jam-jam tertentu di jalan itu.
Ardi sopir angkot M08 trayek Tanah Abang-Kota mengatakan, sebelum Jalan Jatibaru ditutup, pendapatannya bisa mencapai Rp 350.000 hingga Rp 400.000. Setoran ke pemilik angkot biasanya bisa dipenuhi.
Setelah Jatibaru ditutup, Ardi mengatakan pendapatannya turun lebih dari 50 persen.
Setelah Jalan Jatibaru dibuka pada jam-jam tertentu, pendapatan Ardi kembali naik tetapi masih belum sama dengan sebelumnya.
Sopir angkot diperbolehkan melintas di jalan itu pukul 15.00-08.00 Wib.
"Ya 100.000 juga syukur-syukur, Mas. Susah sekarang, warga kecil kayak kami enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Ardi.
Leo, sopir M08 juga mengatakan hal serupa, pendapatan per harinya saat ini rata-rata sekitar 200.000-250.000. Namun, pendapatan sebesar itu baru bisa didapatkan jika dia mulai beroperasi sejak pagi.
Leo menilai, pembukaan jalan pada jam-jam tertentu tidak terlalu berpengaruh. Soalnya, jam-jam mereka tidak boleh melintas, justru jam-jam yang sebenarnya banyak penumpangnya.
"Dapatnya cuma segitu, tapi ya lebih baiklah dibanding ditutup seluruhnya," kata Leo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.